Labels

Sunday, November 15, 2015

MIMBAR PUTIH

Kusaksikan sebuah senandung lirih
Dari balik pengkhianatan
Inikah jalan seorang yang menyakiti dirinya?

Pengkhianatan terhadap Tuhan katanya indah
Menjadi seorang penjahat itu katanya mulia
Menyedihkan
Memilukan

Dialah penopang hidup para lelaki bejat
Dialah pemimpin para perempuan jalang

Kemarin berkali-kali aku menggosok mataku
Apakah yang kulihat benar-benar nyata?
Apakah aku sedang bermimpi?
Ternyata tidak

Sang penjahat itu berdiri kokoh di dalam sebuah rumah Tuhan
Berbicara panjang lebar tentang kebaikan
Mimbar putih itu menjadi saksi
Tentang seorang yang pernah mengkhianati Tuhan

Dia telah menjelma menjadi malaikat
Yang menuntun manusia ke dalam kebaikan sejati

Irwandi Fahruddin
Jakarta, 23 Desember 2012

KOTAKU, TERNODA

Kepulan asap tebal itu membuat setiap sendi jiwaku lemah
Para laskar kebenaran turun ke jalan meneriakkan simbol keberanian
Tak peduli peluru menghadang
Mereka tetap maju

Kepulan asap tebal itu semakin besar
Kota yang indah berubah
Teriakan semakin menggema
Kota seakan runtuh

Kotaku yang nyaman kini ternoda
Pikiran jernih seolah tertutup bagi mereka yang merasa tertindas
Letusan beriringan dengan teriakan protes
Suasana semakin gaduh, tak terkendali
Sungguh menyedihkan wajah kotaku

Kepulan asap tebal tak lagi terlihat
Menghilang bersama teriakan dan letusan
Protes tak terdengar lagi
Apakah esok akan terjadi lagi?
Jawabannya ada pada mereka

Irwandi Fahruddin
Palopo, 27 Januari 2013

Sunday, November 1, 2015

I LA GALIGO MASIH BERNAPAS

Beribu sejarah panjang tergores pena
Cerita tak terlupa
Pedoman bernilai tiada tara
Budaya

Sebuah kisah terpanjang sejagad raya
Bersembunyi di balik tirai kesunyian
Bertahta dalam tanya,
Siapakah pemilikku yang sebenarnya?
Namaku I La Galigo

Singkirkan sejenak pertikaian kata
Maju dan pandanglah dengan penuh cinta
Bertahta dalam jawaban
Kalian adalah pemilikku
Namaku I La Galigo

Goresan penuh cinta terpatri
Jauh dari tempat lahir

Nafas kebahagiaan masih tersisa
Melekat pada jiwa
Ketika rindu membuncah lalu berkata :
Aku ingin pulang,
Rumahku di Luwu
Aku masih bernapas
Namaku I La Galigo


Irwandi Fahruddin
Palopo, 9 September 2015

BIBIR KEHENINGAN

Bunga asmara kian merekah
Bersandar api senandung
Di atas cambuk-cambuk para dewi
Mencari duka silih berganti

Sunyi menuai senyap
Memandang tanya teriris jawab
Sumpah serapah bersenandung
Sakit dan pilu berpadu satu

Sepakat kata berpindah jarak
Dari bibir keheningan mengalun sendu
Hidup tiada arti tanpa sebilah cahaya
Senyap menyantap seluruh isi raga
Jiwa tak mampu meraba
Hening tetaplah hening

Irwandi Fahruddin
Palopo, 25 September 2015