Labels

Monday, December 21, 2015

PERDEBATAN ALOT LUWU DAN TORAJA (SEJARAH DAN BUDAYA)

Irwandi Fahruddin
"Toraja lebih tua dari Luwu". Demikian orang Toraja berkata.
"Luwu lebih tua dari Toraja. Buktinya Luwu kerajaan tertua." demikian kata orang Luwu.
"Nenek moyang orang Luwu itu dari Toraja." berkata lagi orang Toraja.
"Tidak mungkin nenek moyang Luwu itu dari Toraja." Orang Luwu menimpali.


Berbagai diskusi tentang sejarah dan kebudayaan Luwu telah banyak terjadi di dunia maya. Perdebatan alot tak terhindarkan. Awalnya yang menjadi perdebatan panjang yakni masalah tempat dalam kisah La Galigo. Misalnya CINA. Ada penganut CINA PAMMANA, ada penganut CINA TIONGKOK dan ada penganut INDO CINA (sepertinya daerah di sekitar Asia Tenggara). Belum usai perdebatan CINA, kembali muncul perdebatan yang lain. TOMPOQ TIKKAQ menjadi perdebatan alot di kalangan anggota grup dunia maya ini. Ada dua pendapat. Pertama, TOMPOQ TIKKAQ itu berada di LUWUQ BANGGAI. Kedua, TOMPOQ TIKKAQ adanya di daerah PALOPO. Oh ternyata ada lagi, mengatakan bahwa TOMPOQ TIKKAQ di sekitar WOTU. Perdebatan tentang ini tak kunjung usai. Belum juga usai perdebatan tentang Cina dan Tompoq Tikkaq, muncul lagi pendapat bahwa BOTING LANGIQ dalam La Galigo itu sebenarnya berada di Toraja. We Datu Sengngeng adalah orang Toraja dari orang tua dan kakeknya. Ini jelas memancing orang Luwu untuk berdebat. Berbagai silsilah pun dipaparkan secara spesifik. Jika dilihat dari pemaparan spesifik itu, hampir semua mengarah pada satu daerah yakni Toraja. Jadi peran Toraja dalam naskah La Galigo sepertinya sangat banyak, menurut pendapat orang-orang di grup dunia maya ini.


Pajung ri Luwu, Somba ri Gowa, Mangkau ri Bone. Tiga kerajaan besar ini selalu digaung-gaungkan di seantero Sulawesi Selatan. Tiga kerajaan besar yang memang besar. Tapi lagi-lagi orang Toraja memancing perdebatan dengan menambahkan istilah MATASAK RI SANGALLA di belakang istilah tiga kerajaan besar ini. Jadi bunyinya seperti ini:"Pajung ri Luwu, Somba ri Gowa, Mangkau ri Bone, Matasak ri Sangalla'." Tellu Boccoe Appa Pada-Pada menurut pendapat orang Toraja. Tak hanya sampai disitu, bahkan orang Toraja mengatakan bahwa nenek moyang Luwu itu berasal dari Toraja. Sekali lagi hal ini memancing perdebatan alot. Katanya manurung dari Luwu itu asalnya dari Toraja, pendapat lain mengatakan bahwa Toraja lebih tua dari Luwu jadi jelaslah bahwa nenek moyang Luwu itu berasal dari Toraja.


"Tidak sah Datu Luwu jika tidak dilantik oleh Puang dari Toraja" pendapat lain berkata. Kembali memancing perdebatan namun kali ini tidaklah sesengit beberapa perdebatan sebelumnya. Orang Luwu berkata:"Bukan hanya Toraja yang hadir saat pelantikan Datu Luwu, tapi semua masyarakat adat yang termasuk dalam ruang lingkup Luwu hadir, jadi jangan mengatakan bahwa tidak sah Datu Luwu dilantik tanpa hadirnya Puang dari Toraja, ini seolah-olah menandakan bahwa hanya Puang dari Toraja-lah yang hadir."
"Semua Datu Luwu sudah pasti berdarah Toraja." pendapat ini hanya ditanggapi singkat dalam postingan yang pernah dibaca penulis. "Bisa iya, bisa tidak." demikian tanggapan tentang pendapat tersebut.


Nama-nama yang sering dituliskan oleh orang Toraja seperti Puang Tamboro Langiq, Remmang ri Langiq, Lakipadada, dan masih banyak lagi menjadi sebuah uraian lengkap dalam setiap diskusi/perdebatan dalam grup. Mungkin semua berkaitan dengan Luwu.

ADA APA DENGAN TORAJA??

Debat antara Luwu dan Toraja belum selesai sampai tulisan ini dibuat. Kenapa tidak ada penyelesaian? Karena semua hanya di dunia maya. Selain itu, tak ada budayawan/ahli sejarah yang ikut dalam diskusi sebagai penengah. Mungkin dibutuhkan sebuah seminar untuk duduk bersama guna membahas semua yang ada dalam grup dunia maya ini. Bertemu langsung dan dihadiri budayawan menjadi jalan satu-satunya menghentikan perdebatan itu. Hadirkan budayawan Sulsel (luar Luwu), hadirkan budayawan Luwu, hadirkan budayawan Toraja, maka dalam seminar itu debat akan berubah menjadi sebuah diskusi yang nyaman.


Tulisan ini ditulis oleh seorang penulis pemula (Baru belajar menulis) jadi kurang lebihnya kohon dimaafkan. Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Terima Kasih.

Ditulis oleh Irwandi Fahruddin
Palopo, 22 Desember 2015

1 comment:

  1. Surat lagaligo di tulis dalam bahasa bugis, sedangkan pemeran utamanya adalah orang tanah luwu, yang mirip bhs Toraja.anehnya nama yang disebut nama orang bugis. Sehingga ada sejarah toraja yang sengaja dikecilkan peranannya.

    ReplyDelete