Aku selalu memikirkan sesuatu yang indah kala menatap wajah lembut
wanita itu. Tutur kata meyakinkanku akan sebuah kebahagiaan. Segala bentuk
gerak tubuhnya menyiratkan suatu langkah
menuju kemenangan sejati. Semua yang dimilikinya tepat pada keinginanku.
Aku mengenal
wanita itu dalam sebuah panggung pertunjukan. Saat itu ia sedang menjalankan
tugasnya sebagai seniman. Ia memainkan peran yang begitu menawan, penjiwaan
terhadap karakter tokoh yang dimainkannya begitu indah. Sebuah pertunjukan
teater yang menyita perhatian orang banyak khususnya kalangan pecinta seni.
Wajah yang elok menambah pesonanya di atas panggung. Semua manusia yang hadir
menyaksikan kehangatan seni memberikan tepuk tangan pertanda pujian terhadap
apa yang telah ditontonnya.
Afiqah sungguh
luar biasa. Pemilik nama lengkap Nurul Afiqah Sabrina itu memiliki pesona
sangat indah. Wajah cantik dan kecerdasan yang dimiliki membuat setiap lelaki yang
melihatnya akan terpikat, tak terkecuali aku. Pesonanya membuatku takluk. Rasa
ingin memiliki selalu datang kala menatap kedua matanya. Gestur menarik selalu
diperlihatkan baik dalam bermain teater maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Teater yang
dipentaskan pada malam menjelang tahun baru itu adalah cerita tentang keberhasilan
pemerintah Indonesia dalam melaksanakan setiap tugasnya. Afiqah menulis sendiri
naskah tersebut, ia tak hanya pandai bermain namun juga mampu menulis setiap
cerita yang akan dimainkannya. Malam itu ia tampil di depan para pejabat
pemerintahan dalam negeri, rasa kagum terpancar jelas dari wajah-wajah yang
menyaksikannya. Mungkin karena cerita malam itu tentang pujian terhadap
pemerintah sehingga senyum gembira menghiasi kemegahan panggung pertunjukan.
Usai memainkan
perannya sebagai pemain teater, Afiqah diberi penghormatan oleh pemerintah yang
hadir menyaksikan pertunjukan tersebut. Ia diberi amanat untuk mengembangkan
dunia seni di Indonesia. Tugas mulia itu ia terima dengan perasaan senang luar
biasa. Pertunjukan pertama yang aku saksikan membuatku terpesona, bukan hanya
pada inti cerita yang dimainkan tetapi juga pada pemain yang menjadi tokoh
utama cerita tersebut. Ia adalah Afiqah, gadis panggung yang cantik jelita.
Ingin rasanya
menemui Afiqah usai pertunjukan malam itu, namun ia terlalu sibuk dengan
rutinitasnya. Sebagai pengamat seni aku ingin sekali berbicara banyak tentang
apa yang telah dipertontonkan Afiqah bersama tim keseniannya. Aku memutuskan
berbicara langsung dengan pemain lain malam itu dan cukup untuk menambah
wawasanku sebagai seorang pengamat kesenian. Aku menunggu pertunjukan
selanjutnya dari Afiqah. Tak sabar rasanya hati ini memandang setiap gerak dan
langkahnya ketika berada di atas panggung.
Tiga bulan berlalu
tak terdengar lagi kabar tentang Afiqah. Mungkin ia sibuk menyiapkan materi
untuk pertunjukan berikutnya, itu pikirku. Kesabaranku terbayar saat melihat
sebuah pengumuman tentang pertunjukan yang akan dilaksanakan tim kesenian milik
Afiqah. Sekali lagi ia akan memainkan naskah dengan tema pemerintahan dalam
negeri. Kali ini ia memperlihatkan konsep yang berbeda dari sebelumnya.
Pementasan berlangsung nyaman saat awal setiap tokoh memainkan perannya, namun
semua berubah saat adegan yang secara jelas mengkritik kinerja pemerintah saat
ini. Para pejabat yang hadir malam itu menjadi gusar. Kritik keras membuat
pemerintah naik pitam. Pertunjukan belum berakhir namun suara keras dan tegas
dengan nada marah mengehentikannya. Ia menganggap hal tersebut adalah
penghinaan terhada pemerintah. Kekuatan seni yang dimiliki Afiqah tak
menghentikan pertunjukannya. Ia tetap melanjutkan lakon yang dimainkannya walau
harus menerima sebuah kritik keras dari salah seorang pemerintah yang hadir.
Pertunjukan
selesai, seluruh penonton memberi tepuk tangan sekeras-kerasnya karena merasa
puas dengan penampilan Afiqah dan kawan-kawan. Malam itu Afiqah dipanggil ke sebuah
ruangan untuk berbicara dengan salah seorang bapak tua yang bekerja di pemerintahan. Ia menuai kritik keras disertai
ancaman yang membuatnya bingung.
“Pokoknya ini
terakhir kamu memainkan teater yang mengkritik pemerintah.” Bapak tua itu
terlihat mengancam.
“Memangnya kenapa
Pak? Bukankah hal tersebut adalah pernyataan jujur dari apa yang dirasakan
rakyat?” Tanya Afiqah heran.
“Pertunjukan kamu
barusan telah mencoreng nama baik pemerintah, tak seharusnya kamu membuka aib
di depan khalayak. Semua rahasia pemerintah jadi terungkap akibat permainan
teater kamu.”
“Saya tidak setuju
dengan pernyataan bapak barusan yang menganggap hal itu mencoreng nama baik
pemerintah. Naskah itu saya tulis dengan melihat kenyataan yang terjadi di
sekitar dan saya menganggap itu bukan rahasia karena jika tidak diketahui
rakyat bisa semakin bodoh dan semakin sengsara.” Penjelasan yang menantang dari
Afiqah membuat bapak tua tersebut semakin gusar.
“Sekali lagi saya
peringatkan, jika kamu masih tetap menulis dan menampilkan naskah seperti tadi,
saya tidak tanggung-tanggung menjebloskan kamu ke penjara.” Ancam bapak tua itu
kemudian pergi meninggalkan Afiqah yang masih duduk.
Afiqah terlihat
berpikir. Tanpa sengaja aku menyaksikan percakapan keduanya. Kali ini aku
berhasil menemuinya dan berbicara empat mata. Ia menjelaskan apa yang telah
terjadi saat itu. Perasaan kagum semakin tertanam dalam hatiku kala menatap
wajah anggunnya dan tutur kata yang tulus. Pesonanya sungguh luar biasa. Tak
ingin larut dalam perasaan kagum aku langsung memberi saran padanya untuk tidak
menampilkan naskah kontroversial seperti yang barusan terjadi. Namun ia merasa semua
yang telah ditulis dan ditampilkannya adalah benar, seluruh penonton pun puas
menyaksikan pertunjukan tersebut. Berkali-kali aku mencoba menasehatinya namun
ia tetap pada pendiriannya. Bahkan ia telah menyiapkan naskah selanjutnya
tentang kritik untuk pemerintah.
***
Gedung mewah diserbu ratusan manusia. Mereka rela membayar mahal
demi menyaksikan sebuah pertunjukan yang akan memuaskan naluri seni mereka.
Pagi itu akan dilaksanakan sebuah pertunjukan besar yang disiarkan langsung
oleh stasiun televisi nasional. Mendengar kabar tentang pertunjukan tersebut
aku menjadi sedikit takut akan terjadi sesuatu pada Afiqah. Ini pertunjukan
ketiga yang aku saksikan. Ketakutanku semakin meningkat saat mengingat
kata-kata bapak tua yang mengancamnya. Batinku bergejolak, apakah Afiqah akan
mampu menghadapi kekuatan pemerintah? Pertanyaan itu berkecamuk dalam benakku.
Pertunjukan dimulai dengan penampilan seorang artis terkenal yang
memiliki suara emas dan dipuja para kaum remaja. Tak lama berselang pertunjukan
teater berlangsung. Lakon indah dengan iringan musik menunjukkan sebuah
kharisma dari para pemainnya. Riuh suara penonton mengundang senyum manis dari
wajah para pemain saat pertunjukan selesai.
Sukses pertunjukan namun Afiqah menuai masalah besar. Ia tertangkap
saat hendak pulang ke rumah. Bapak tua ternyata membuktikan perkataannya.
Naskah yang dimainkan di gedung mewah itu memang memiliki kritik yang lebih
keras dibanding pertunjukan sebelumnya. Afiqah dijebloskan ke dalam barisan
besi untuk menebus kesalahannya. Aku tak bisa berbuat banyak atas kejadian yang
menimpa gadis pujaanku. Selama di penjara ia akan jauh dari suasana panggung.
Aku merasa sedih akan hal tersebut.
Karena aku sangat mencintainya walau tanpa sepengetahuannya, aku
berusaha sekeras mungkin agar gadis impianku bisa menghirup udara bebas
secepatnya. Aku merindukan saat-saat ia bermain menunjukkan pesonanya di atas
panggung. Segala usahaku akhirnya berhasil. Afiqah bebas tanpa syarat. Aku
terus memperingatkan untuk tidak menulis naskah yang dapat merugikan dirinya
sendiri. Setiap kali membahas masalah tersebut ia selalu mengeluarkan pendapat
yang tak kuduga membuatku tak dapat berkata apa-apa untuk melawannya. Ternyata
ia tetap pada pendiriannya dan berniat menampilkan naskah baru yang telah
ditulisnya selama satu bulan di penjara.
Pertunjukan dimulai, penonton yang hadir sama jumlahnya saat
pertunjukan terakhir yang membuatnya masuk penjara. Afiqah melaksanakan
pertunjukannya di gedung yang sama. Kali ini ia tampil sendiri karena seluruh
teman-temannya menolak untuk memainkan naskah yang mengundang kontroversi. Ia
memainkan naskah monolog yang ditulis selama di penjara. Tak ada teman Afiqah
yang membantu persiapannya. Aku akhirnya membantu seluruh persiapan pertunjukan
kali ini. Meski aku tahu akibat pertunjukan itu aku siap menanggungnya bersama
Afiqah. Itu semua aku lakukan demi rasa cintaku terhadap dunia seni dan cintaku
pada Afiqah tentunya.
Sebuah monolog dimainkan Afiqah penuh penjiwaan. Seluruh penonton
yang hadir terkesima dengan penampilannya. Menjelang akhir naskah terdengar
suara keras yang membuat seluruh yang hadir tersentak. Empat kali suara
tembakan terdengar. Pertunjukan terhenti, Afiqah tergeletak di atas panggung.
Ia tertembak. Seluruh penonton diberi peringatan untuk segera meninggalkan
gedung pertunjukan dengan ancaman gedung tersebut akan dihancurkan dengan bom.
Aku tak menggubris ancaman itu, dengan gerak cepat aku berlari menuju panggung.
Aku melihat Afiqah tak berdaya. Darah mengucur deras dari tubuhnya. Empat peluru
menembus kulitnya. Air mataku jatuh saat mendekap tubuhnya. Gejolak rasa marah
muncul dalam jiwaku. Tak ada orang lain yang berada dalam gedung pertunjukan,
semua pergi. Kini hanya aku dan Afiqah. Aku berharap Afiqah dapat tertolong.
Segera aku berlari keluar dari gedung mencari taksi. Tak butuh waktu lama aku
bergegas membawa Afiqah menuju rumah sakit. Butiran embun dari mataku terus
menetes selama perjalanan. Afiqah dan aku bermandikan darah. Aku terus
memeluknya.
Afiqah berada dalam ruang gawat darurat selama dua jam. Saat dokter
keluar ruangan aku menayakan keadaan Afiqah. Dari penjelasan dokter Afiqah
masih dalam kondisi kritis. Rasa khawatir semakin menjalar ke seluruh tubuhku. Aku
bersedia merawat Afiqah atas permintaan keluarganya. Ia tak sadarkan diri
selama dua minggu.
Afiqah wanita yang kuat. Ia mampu menaklukkan penyakitnya. Ia
sembuh dengan penuh semangat walau tak diizinkan lagi oleh pemerintah bergelut
dengan dunia kesenian. Ia menerima semuanya dengan ikhlas.
Nurul Afiqah Sabrina berhenti dari dunia seni, namun aku suaminya
akan tetap melanjutkan cita-citanya dalam meningkatkan kesenian anak negeri.
Aku mengelola tim keseniannya. Hingga sekarang tim kesenian tersebut telah
meraih berbagai prestasi dalam maupun luar negeri. Afiqah telah berdamai dengan
pemerintah dan diberi izin kemnali ke dunia seni. Afiqah kembali bermain di
atas panggung dengan segala pesonanya untukku, untuk semua orang.
Makassar. 9 April 2012
No comments:
Post a Comment