Labels

Sunday, February 1, 2015

BULAN DIANTARA BINTANG


Pagi sekali Iin berangkat ke sekolah. Itu tak asing baginya karena tiap hari selalu berangkat lebih awal ke sekolah sekaligus siswa pertama yang datang. Selalu seperti itu. Terlahir dalam keluarga kaya dan dididik keras oleh ayahnya membuat semangat bekerja keras selalu dijunjung tinggi. Rasa percaya diri dalam belajar selalu dilakukannya. Tak sedikitpun ia menoleh kepada teman-teman yang lain saat ujian. Kecerdasan yang dimiliki Iin melebihi teman yang lain. Peringkat pertama selalu digenggamnya dan tak pernah lepas. Selain prestasi akademik, ia juga menggeluti dunia seni yakni teater. Iin pernah meraih penghargaan aktris terbaik dalam sebuah festival teater tingkat nasional.
            Jam pertama hari itu adalah pelajaran Bahasa Indonesia sekaligus pertemuan terakhir karena ujian nasional tinggal sepekan. Bahasa Indonesia adalah pelajaran favorit Iin. Sang guru sangat bangga terhadap prestasi yang telah ditorehkan Iin dalam perjalanan hidupnya sebagai insan pengetahuan. Pak Asran selalu membimbing Iin dalam hal apapun, ia adalah tempat curhat yang baik bagi para siswa.
            “Anak-anakku sekalian, ini adalah terakhir kita bertemu muka dalam ruang belajar yang memberi banyak sekali kenangan ini.” Pak Asran merasa sedih karena sebentar lagi murid-murid yang ia cintai akan meninggalkan istana ilmu.
            “Kami akan terus berjuang menjadi orang yang benar-benar berguna seperti kata bapak. Saya mewakili teman-teman yang lain berjanji akan terus mengejar cita-cita sampai titik darah penghabisan. Kesungguhan adalah hal utama.” Iin memberi semangat.
            “Iya benar, jadilah yang terbaik di antara yang terbaik. Kejar impian kalian. Bapak tunggu kabar kalian setelah keluar dari sekolah ini. Mari kita mulai pelajaran dengan semangat luar biasa.”
            Pelajaran Bahasa Indonesia berjalan seperti biasanya. Semangat dari siswa membuat hati Pak Asran bahagia. Ia adalah guru favorit karena ia mampu membuat semangat para siswa bergelora. Ia menutup pelajaran dengan wejangan yang menuntut pada kesungguhan mengejar cita-cita.
            Waktu satu minggu dijalani seluruh siswa dengan serius karena ujian nasional akan segera tiba. Semua telah dipersiapkan, belajar keras adalah senjata menuju pentas besar. Seluruh siswa menghabiskan waktu hingga sore hari di sekolah guna mengikuti pelajaran tambahan. Semua semangat.
            Iin tak pernah lelah dalam belajar. Pagi hingga sore ia habiskan di sekolah. Pulang sekolah usai mandi kembali ia bersahabat dengan buku. Ia tak mau melewatkan waktu untuk belajar. Selama ada kemauan pasti ada jalan. Ia selalu bahagia dalam belajar. Tak pernah ada paksaan, keikhlasan menuntut ilmu menjadi teman setianya setiap saat. Untuk ujian nasional ia sudah siap menjalaninya dengan semangat membara.
            Hari pertama ujian nasional berjalan sebagaimana mestinya. Seluruh siswa bekerja keras menjawab setiap soal yang diberikan. Hal yang tak pernah lepas dari UAN (Ujian Akhir Nasional) adalah pembagian jawaban kepada siswa dari guru. Mereka masuk kelas kemudian memberikan jawaban yang dianggap benar kepada siswa. Ternyata hampir semua siswa mengikutinya. Hal bodoh itu sudah ada sejak dahulu. Para guru menuntut siswa untuk belajar keras tetapi setelah tiba saatnya justru mereka yang bekerja keras mengerjakan soal kemudian membagikannya kepada siswa.
            Ujian hari pertama diwarnai dengan pembagian jawaban kepada siswa. Tak terkecuali Iin. Tapi dengan kesungguhan dan rasa percaya diri yang ia miliki membuatnya mengacuhkan jawaban tersebut. Iin mengatakan kepada siswa lain bahwa beberapa jawaban yang diberikan hampir semua salah namun pernyataan itu tak dihiraukan siswa lain. Mereka bahkan menganggap Iin ingin menjerumuskan mereka. Akhirnya jawaban hampir semua sama dalam satu sekolah, kecuali Iin. Jawaban dari soal-soal tersebut telah diteliti dengan baik olehnya dan ternyata jawabannya berbeda dengan yang lain.
            Hari kedua dan ketiga berjalan seperti hari sebelumnya. Iin tetap pada pendiriannya dengan rasa percaya diri dalam kesungguhan. Semua menganggapnya sombong karena mengabaikan jawaban dari guru. Teman dekatnya bahkan mulai menjauh karena hal itu. Hanya Pak Asran yang salut kepadanya. Kepercayaan diri yang tinggi dan kecerdasan luar biasa telah ia tunjukkan. Iin tak peduli persepsi orang lain terhadap dirinya. Ia telah memilih jalannya sendiri dalam mengejar impian.
            Saat pengumuman tiba seluruh siswa menanti dengan berbagai rasa. Takut akan tidak lulus dan gembira saat melihat nama mereka terpampang di papan pengumuman. Hari itu seluruh siswa dikumpulkan terlebih dahulu sembari menunggu pengumuman dari Dinas Pendidikan. Kepala sekolah memberi arahan tentang masa depan siswa. Memberi nasehat dalam meraih masa depan gemilang.
            Tak lama berselang pengumuman segera tiba. Pengumuman yang menentukan nasib masa depan siswa. Kepala sekolah, guru dan siswa dikegatkan dengan kabar buruk. Dalam pengumuman yang dibawa oleh Dinas Pendidikan hanya ada satu nama siswa yang lulus. ia adalah Nurul Arifin. Siswa tersebut adalah Iin. Ia bagaikan bulan di antara bintang, beda namun paling besar dan terang. Ia lulus dengan predikat di atas rata-rata. Semua memandangnya iri saat ia diberi kesempatan berbicara di atas panggung.
            “Teman-teman sekalian, ini adalah anugerah luar biasa dari Allah untuk saya. Terima kasih untuk para guru yang telah mendidikku sehingga dapat meraih titik pada puncak keberhasilan. Buat seluruh teman-teman yang belum berhasil tetaplah berjuang, jangan menyerah. Ingat percaya diri dengan kesungguhan adalah senjata meraih masa depan gemilang. Saya akan terus dan terus berjuang meraih cita-cita.”
            Satu hari setelah kelulusannya Iin menerima kabar bahwa ia mendapat beasiswa sekolah di luar negeri tepatnya di Amerika. Rasa bahagia dan haru terlihat dari wajah cantiknya saat menerima kabar itu. Sejarah baru dalam hidupnya.
Makassar, 1 April 2012

No comments:

Post a Comment