Pagi sekali Iin berangkat ke sekolah. Itu tak asing baginya karena
tiap hari selalu berangkat lebih awal ke sekolah sekaligus siswa pertama yang
datang. Selalu seperti itu. Terlahir dalam keluarga kaya dan dididik keras oleh
ayahnya membuat semangat bekerja keras selalu dijunjung tinggi. Rasa percaya
diri dalam belajar selalu dilakukannya. Tak sedikitpun ia menoleh kepada
teman-teman yang lain saat ujian. Kecerdasan yang dimiliki Iin melebihi teman
yang lain. Peringkat pertama selalu digenggamnya dan tak pernah lepas. Selain
prestasi akademik, ia juga menggeluti dunia seni yakni teater. Iin pernah
meraih penghargaan aktris terbaik dalam sebuah festival teater tingkat
nasional.
Jam pertama hari
itu adalah pelajaran Bahasa Indonesia sekaligus pertemuan terakhir karena ujian
nasional tinggal sepekan. Bahasa Indonesia adalah pelajaran favorit Iin. Sang
guru sangat bangga terhadap prestasi yang telah ditorehkan Iin dalam perjalanan
hidupnya sebagai insan pengetahuan. Pak Asran selalu membimbing Iin dalam hal
apapun, ia adalah tempat curhat yang baik bagi para siswa.
“Anak-anakku
sekalian, ini adalah terakhir kita bertemu muka dalam ruang belajar yang
memberi banyak sekali kenangan ini.” Pak Asran merasa sedih karena sebentar lagi
murid-murid yang ia cintai akan meninggalkan istana ilmu.
“Kami akan terus
berjuang menjadi orang yang benar-benar berguna seperti kata bapak. Saya mewakili
teman-teman yang lain berjanji akan terus mengejar cita-cita sampai titik darah
penghabisan. Kesungguhan adalah hal utama.” Iin memberi semangat.
“Iya benar,
jadilah yang terbaik di antara yang terbaik. Kejar impian kalian. Bapak tunggu
kabar kalian setelah keluar dari sekolah ini. Mari kita mulai pelajaran dengan
semangat luar biasa.”
Pelajaran Bahasa
Indonesia berjalan seperti biasanya. Semangat dari siswa membuat hati Pak Asran
bahagia. Ia adalah guru favorit karena ia mampu membuat semangat para siswa
bergelora. Ia menutup pelajaran dengan wejangan yang menuntut pada kesungguhan
mengejar cita-cita.
Waktu satu minggu
dijalani seluruh siswa dengan serius karena ujian nasional akan segera tiba.
Semua telah dipersiapkan, belajar keras adalah senjata menuju pentas besar. Seluruh
siswa menghabiskan waktu hingga sore hari di sekolah guna mengikuti pelajaran
tambahan. Semua semangat.
Iin tak pernah
lelah dalam belajar. Pagi hingga sore ia habiskan di sekolah. Pulang sekolah
usai mandi kembali ia bersahabat dengan buku. Ia tak mau melewatkan waktu untuk
belajar. Selama ada kemauan pasti ada jalan. Ia selalu bahagia dalam belajar.
Tak pernah ada paksaan, keikhlasan menuntut ilmu menjadi teman setianya setiap
saat. Untuk ujian nasional ia sudah siap menjalaninya dengan semangat membara.
Hari pertama ujian
nasional berjalan sebagaimana mestinya. Seluruh siswa bekerja keras menjawab
setiap soal yang diberikan. Hal yang tak pernah lepas dari UAN (Ujian Akhir
Nasional) adalah pembagian jawaban kepada siswa dari guru. Mereka masuk kelas
kemudian memberikan jawaban yang dianggap benar kepada siswa. Ternyata hampir
semua siswa mengikutinya. Hal bodoh itu sudah ada sejak dahulu. Para guru
menuntut siswa untuk belajar keras tetapi setelah tiba saatnya justru mereka
yang bekerja keras mengerjakan soal kemudian membagikannya kepada siswa.
Ujian hari pertama
diwarnai dengan pembagian jawaban kepada siswa. Tak terkecuali Iin. Tapi dengan
kesungguhan dan rasa percaya diri yang ia miliki membuatnya mengacuhkan jawaban
tersebut. Iin mengatakan kepada siswa lain bahwa beberapa jawaban yang
diberikan hampir semua salah namun pernyataan itu tak dihiraukan siswa lain.
Mereka bahkan menganggap Iin ingin menjerumuskan mereka. Akhirnya jawaban hampir
semua sama dalam satu sekolah, kecuali Iin. Jawaban dari soal-soal tersebut
telah diteliti dengan baik olehnya dan ternyata jawabannya berbeda dengan yang
lain.
Hari kedua dan
ketiga berjalan seperti hari sebelumnya. Iin tetap pada pendiriannya dengan
rasa percaya diri dalam kesungguhan. Semua menganggapnya sombong karena
mengabaikan jawaban dari guru. Teman dekatnya bahkan mulai menjauh karena hal
itu. Hanya Pak Asran yang salut kepadanya. Kepercayaan diri yang tinggi dan
kecerdasan luar biasa telah ia tunjukkan. Iin tak peduli persepsi orang lain
terhadap dirinya. Ia telah memilih jalannya sendiri dalam mengejar impian.
Saat pengumuman
tiba seluruh siswa menanti dengan berbagai rasa. Takut akan tidak lulus dan
gembira saat melihat nama mereka terpampang di papan pengumuman. Hari itu
seluruh siswa dikumpulkan terlebih dahulu sembari menunggu pengumuman dari
Dinas Pendidikan. Kepala sekolah memberi arahan tentang masa depan siswa.
Memberi nasehat dalam meraih masa depan gemilang.
Tak lama berselang
pengumuman segera tiba. Pengumuman yang menentukan nasib masa depan siswa.
Kepala sekolah, guru dan siswa dikegatkan dengan kabar buruk. Dalam pengumuman
yang dibawa oleh Dinas Pendidikan hanya ada satu nama siswa yang lulus. ia
adalah Nurul Arifin. Siswa tersebut adalah Iin. Ia bagaikan bulan di antara
bintang, beda namun paling besar dan terang. Ia lulus dengan predikat di atas
rata-rata. Semua memandangnya iri saat ia diberi kesempatan berbicara di atas
panggung.
“Teman-teman
sekalian, ini adalah anugerah luar biasa dari Allah untuk saya. Terima kasih
untuk para guru yang telah mendidikku sehingga dapat meraih titik pada puncak
keberhasilan. Buat seluruh teman-teman yang belum berhasil tetaplah berjuang,
jangan menyerah. Ingat percaya diri dengan kesungguhan adalah senjata meraih
masa depan gemilang. Saya akan terus dan terus berjuang meraih cita-cita.”
Satu hari setelah
kelulusannya Iin menerima kabar bahwa ia mendapat beasiswa sekolah di luar
negeri tepatnya di Amerika. Rasa bahagia dan haru terlihat dari wajah cantiknya
saat menerima kabar itu. Sejarah baru dalam hidupnya.
Makassar, 1 April 2012
No comments:
Post a Comment