Labels

Sunday, February 1, 2015

BOCAH IBLIS


Suasana jalan raya masih seperti biasanya, kendaraan tak ubahnya semut yang lalu lalang. Suara bising dari kendaraan yang seharusnya tak bisa digunakan terasa sakit di telinga. Terlihat di hampir seluruh lampu lalu lintas para pencari nafkah di jalanan sedang memamerkan aksinya. Ada yang cuma sekedar mengemis, menjajakan koran, ngamen, dan masih banyak lagi keunikan lainnya dibalik wajah kota saat ini.
            Rio adalah salah satu pelaku jalanan, bocah berumur 10 tahun ini harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri. Kedua orang tuanya yang juga miskin telah tiada, keluarganya pun menelantarkannya. Berjuang dalam hiruk pikuk kehidupan dunia membuatnya terkadang merasakan kepedihan luar biasa. Beruntung ia bisa memahami hidup. Banyak pelajaran yang ia terima dari perjalanan hidupnya. Bagaimana tidak, sejak umur enam tahun ia sudah turun ke jalan melawan kerasnya batu kehidupan. Menyongsong matahari yang begitu menyilaukan dunia. Menjual koran adalah hal yang membuatnya bertahan hidup. Rio anak yang malang tapi perjuangannya telah membuat pandangan malang terhadap dirinya sedikit berkurang.
            Kerasnya kehidupan kota tak luput dari godaan iblis yang merasuki setiap jiwa yang haus akan materi. Buktinya para pejabat telah banyak yang mencuri uang negara. Bahkan tak ada habisnya justru makin bertambah. Tertangkap satu tumbuh seribu. Mungkin kalimat singkat itu pantas diberikan kepada negara kita tercinta ini. Kehidupan para penguasa negara ternyata merasuki para penguasa kemelaratan. Kejahatan kebanyakan terjadi akibat ulah pasukan melarat tersebut. Aparat keamanan pun bingung di buatnya. Aksi mereka yang bersih melebihi siasat penjahat yang ada dalam film action luar negeri. Berkali-kali melakukan kejahatan tak pernah bisa tertangkap. Luar biasa mereka. Hal itu yang selalu muncul dalam benak Rio.
            Selain bekerja menjual koran Rio ternyata juga terlibat dalam sindikat bocah iblis yang siap melakukan apa saja untuk mendapat nilai tambah dari kehidupannya. Ia berpikir hanya dengan jual koran tidak akan cukup menutupi kekurangannya. Pekerjaan iblis ini telah merasuki jiwa yang seharusnya berada dalam ruang kelas untuk belajar agar tumbuh menjadi pelopor keberhasilan bangsa ini. Namun tak adasediktipun hasratnya untuk itu.
            Mereka sungguh berani memberi nama perkumpulan mereka dengan nama Sindikat Iblis. Alasan tepat untuk nama itu adalah semua yang berada dalam lingkaran terdiri dari orang-orang yang memliki keahlian khusus di bidang kejahatan. Perkumpulan yang semua anggotanya adalah anak berusia sepuluh tahun ini telah berdiri selama 3 tahun tanpa pernah bersentuhan langsung dengan aparat keamanan. Mereka tak mempunyai pemimpin seperti halnya perkumpulan kejahatan yang biasa terlihat dalam film-film tentang kekerasan. Murni kerja sama adalah motto mereka. Satu komando mengikat mereka dalam kerja sama yang begitu apik. Belum pernah tertangkap merupakan rekor yang pantas diberikan andaikan mereka diketahui khalayak. Sindikat iblis memang luar biasa, begitu yang dielu-elukan tiap kali akan melakukan aksinya.
            Malam ini Rio bersama dengan kawan-kawanya akan melakukan aksi,  tepatnya di tempat berhentinya kendaraan untuk mengikuti lampu lalu lintas. Terlihat suasana sangat ramai. Tak ada tanda mereka akan melakukan kejahatan karena merek berkedok menjadi pengamen, mengemis, dan menjual koran.
“Jika ada kesempatan langsung hajar.” Seru Rio
“Tak ada ampun untuk manusia kaya yang sombong.”  Balas salah satu temannya.
“ Betul sekali kawan, harta mereka sekali-sekali untuk kita yang hidupnya begini.” Jawab Rio dengan penuh semangat.
            Dalam melakukan aksinya malam itu mereka tak membutuhkan waktu banyak. Hanya dalam waktu satu jam mereka berhasil melibas puluhan dompet yang kebanyakan berisi uang tunai dan ATM. Sungguh luar biasa para bocah ini, dengan rasa puas mereka pulang ke markas kemudian membagi hasil jarahan atas usaha keras yang telah dilakukan.
“Wah lima juta tunai kawan”. Kata Rio dengan semangatnya
“Malam ini kita beruntung sekali kawan” Seru bocah di sampingnya.
“Sebelas juta delapan ratus ribu rupiah, waw kita kaya kawan-kawan.” Teriak Rio setelah menghitung jumlah uang yang mereka curi dari orang-orang yang mereka anggap mneyombongkan diri atas uang yang merela miliki.
            Malam itu mereka merayakan kemenangan atas kerja keras dengan berpesta. Para bocah kecil itu merokok dengan nikmatnya. Bahkan minuman keras tak luput dari kehidupan mereka. Puluhan botol minuman keras bermerek elit dan rokok yang juga tak kalah elitnya menghiasi markas mereka. Rio yang telah bekerja maksimal malam itu menjadi perhatian kawan-kawannya. Untuk pertama kali sejak dua tahun berkiprah di dunia kejahatan mereka mengangkat pemimpin. Rio terpilih mengemban amanah yang di percayakan untuknya. Ia menerima dengan segala kemurahan hati keputusan tersebut. Ia menjadi pemimpin sindikat bocah iblis ini.
            Keesokan harinya di sebuah ruangan kotor penuh debu dan sampah berserakan, pagi menunjukkan keceriaannya. Sama seperti wajah para bocah yang siap bertempur mengejar angan. Pagi ini mereka akan bekerja seperti biasanya. Turun ke jalan menampakkan betapa kerasnya hidup di kota. Masing-masing dari mereka memilih pekerjaan yang tidak berbau kejahatan. Ada yang menjadi pedagang asongan, ngamen, mengemis juga menjual koran.
Rio yang sedari subuh belum juga mendapat koran yang akan ia jual. Rumah loper koran masih tutup. Tak biasanya seperti itu. Lazimnya loper koran itu buka sebelum jam enam pagi. Dengan sabar ia menunggu hingga pukul tujuh lewat beberapa menit seorang dengan wajah ceria memberikan beberapa lembar kertas berisi berita terkini. Setelah menyusun dan menghitung jumlah koran yang akan di jualnya Rio segera turun ke jalan melaksanakan tugasnya.
            Dalam langkahnya menuju medan pertempuran mecari rejeki ia tiba-tiba merasakan goncangan tang sungguh luar biasa. Menatap heran berita pagi ini. Lembar pertama yang menjadi halaman utama memperlihatkan kekejamannya. Dalam berita itu terpampang jelas gambar para bocah iblis ini. Entah darimana datangnya kejadian itu terdeteksi media massa. Rio bingung harus melakukan apa. Dirinya bagaikan dihimpit batu karang. Sejak dua tahun beraksi baru kali ini sindikat bocah iblis diketahui tindakannya. Ia langsung ingat kawan-kawannya yang saat ini tengah berada di jalan melaksanakan pekerjaan mereka. Tanpa berpikir panjang Rio berlari dengan kencang menuju tempat kawannya. Belum sempat memberi kabar terlihat dari jauh kawan-kawannya sudah berada dalam dekapan aparat keamanan. Ia melihat perlakuan aparat terhadap kawannya yang tidak manusiawi itu. Bocah kecil di berikan hadiah pukulan layaknya orang yang melakukan kesalahan besar untuk negara. Rio sedih juga marah melihat pemandangan itu.
            Amarah kini menyelimuti bocah iblis ini. Ia bingung dengan keadaan yang sedang dihadapinya sekarang. Rio membayangkan hidupnya tanpa kehadiran kawan-kawannya. Kini ia berada dalam kesendirian dan dibelit perkara yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Asyik dalam lamunan membuatnya tak sadar bahwa dirinya dalam bahaya. Seorang aparat keamanan mengejarnya. Ia lari dengan segenap kekuatannya. Namun ia hanyalah bocah kecil yang lemah jika bertarung menghadapi orang dewasa. Rio kini berada dalam dekapan salah seorang aparat keamanan. Ia ingin sekali lepas dari genggaman aparat itu. Segera ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya kemudian terlihat aparat yang membawanya tergeletak tak berdaya. Aparat itu tewas karena mendapat hadiah delapan tusukan di bagian perut dan dadanya.
            Kini Rio benar-benar dalam bahaya besar. Ia telah melakukan tindakan yang membuat hidupnya terancam. Ia terus berlari dan berlari. Mencari tempat untuk sembunyi dari kejaran aparat. Kali ini Rio di kejar lima orang aparat. Dalam pelariannya ia berhenti di sebuah ruangan kecil terlihat seperti bekas kantor yang sudah tak terpakai. Rio bersembunyi di balik gedung itu. Kali ini usahanya menemui kegagalan. Seorang aparat yang mengejarnya melihat bocah iblis ini. Belum sempat menangkap Rio lagi dan lagi melayangkan pisau dan beberapa benda keras ke arah aparat itu. Dua nyawa telah hilang akibat ulah beringas bocah iblis ini. Belum sempat berlari tiba-tiba terdengar letusan senjata berkali-kali. Rio tak bisa menahan sakit luar biasa. Ia tak bisa lagi berlari. Kini ia terbujur kaku bersimbah darah di lantai gedung tua. Rio tewas.

No comments:

Post a Comment