Suasana jalan raya masih seperti biasanya, kendaraan tak ubahnya
semut yang lalu lalang. Suara bising dari kendaraan yang seharusnya tak bisa
digunakan terasa sakit di telinga. Terlihat di hampir seluruh lampu lalu lintas
para pencari nafkah di jalanan sedang memamerkan aksinya. Ada yang cuma sekedar
mengemis, menjajakan koran, ngamen, dan masih banyak lagi keunikan lainnya
dibalik wajah kota saat ini.
Rio adalah salah
satu pelaku jalanan, bocah berumur 10 tahun ini harus bekerja keras untuk
menghidupi dirinya sendiri. Kedua orang tuanya yang juga miskin telah tiada,
keluarganya pun menelantarkannya. Berjuang dalam hiruk pikuk kehidupan dunia
membuatnya terkadang merasakan kepedihan luar biasa. Beruntung ia bisa memahami
hidup. Banyak pelajaran yang ia terima dari perjalanan hidupnya. Bagaimana
tidak, sejak umur enam tahun ia sudah turun ke jalan melawan kerasnya batu
kehidupan. Menyongsong matahari yang begitu menyilaukan dunia. Menjual koran
adalah hal yang membuatnya bertahan hidup. Rio anak yang malang tapi perjuangannya
telah membuat pandangan malang terhadap dirinya sedikit berkurang.
Kerasnya kehidupan
kota tak luput dari godaan iblis yang merasuki setiap jiwa yang haus akan
materi. Buktinya para pejabat telah banyak yang mencuri uang negara. Bahkan tak
ada habisnya justru makin bertambah. Tertangkap satu tumbuh seribu. Mungkin
kalimat singkat itu pantas diberikan kepada negara kita tercinta ini. Kehidupan
para penguasa negara ternyata merasuki para penguasa kemelaratan. Kejahatan
kebanyakan terjadi akibat ulah pasukan melarat tersebut. Aparat keamanan pun
bingung di buatnya. Aksi mereka yang bersih melebihi siasat penjahat yang ada
dalam film action luar negeri. Berkali-kali melakukan kejahatan tak pernah bisa
tertangkap. Luar biasa mereka. Hal itu yang selalu muncul dalam benak Rio.
Selain bekerja
menjual koran Rio ternyata juga terlibat dalam sindikat bocah iblis yang siap
melakukan apa saja untuk mendapat nilai tambah dari kehidupannya. Ia berpikir
hanya dengan jual koran tidak akan cukup menutupi kekurangannya. Pekerjaan
iblis ini telah merasuki jiwa yang seharusnya berada dalam ruang kelas untuk
belajar agar tumbuh menjadi pelopor keberhasilan bangsa ini. Namun tak
adasediktipun hasratnya untuk itu.
Mereka sungguh
berani memberi nama perkumpulan mereka dengan nama Sindikat Iblis. Alasan tepat
untuk nama itu adalah semua yang berada dalam lingkaran terdiri dari
orang-orang yang memliki keahlian khusus di bidang kejahatan. Perkumpulan yang
semua anggotanya adalah anak berusia sepuluh tahun ini telah berdiri selama 3
tahun tanpa pernah bersentuhan langsung dengan aparat keamanan. Mereka tak
mempunyai pemimpin seperti halnya perkumpulan kejahatan yang biasa terlihat
dalam film-film tentang kekerasan. Murni kerja sama adalah motto mereka. Satu
komando mengikat mereka dalam kerja sama yang begitu apik. Belum pernah
tertangkap merupakan rekor yang pantas diberikan andaikan mereka diketahui
khalayak. Sindikat iblis memang luar biasa, begitu yang dielu-elukan tiap kali
akan melakukan aksinya.
Malam ini Rio
bersama dengan kawan-kawanya akan melakukan aksi, tepatnya di tempat berhentinya kendaraan untuk
mengikuti lampu lalu lintas. Terlihat suasana sangat ramai. Tak ada tanda
mereka akan melakukan kejahatan karena merek berkedok menjadi pengamen, mengemis,
dan menjual koran.
“Jika ada kesempatan langsung hajar.” Seru Rio
“Tak ada ampun untuk manusia kaya yang sombong.” Balas salah satu temannya.
“ Betul sekali kawan, harta mereka sekali-sekali untuk kita yang
hidupnya begini.” Jawab Rio dengan penuh semangat.
Dalam melakukan
aksinya malam itu mereka tak membutuhkan waktu banyak. Hanya dalam waktu satu
jam mereka berhasil melibas puluhan dompet yang kebanyakan berisi uang tunai
dan ATM. Sungguh luar biasa para bocah ini, dengan rasa puas mereka pulang ke
markas kemudian membagi hasil jarahan atas usaha keras yang telah dilakukan.
“Wah lima juta tunai kawan”. Kata Rio dengan semangatnya
“Malam ini kita beruntung sekali kawan” Seru bocah di sampingnya.
“Sebelas juta delapan ratus ribu rupiah, waw kita kaya
kawan-kawan.” Teriak Rio setelah menghitung jumlah uang yang mereka curi dari
orang-orang yang mereka anggap mneyombongkan diri atas uang yang merela miliki.
Malam itu mereka
merayakan kemenangan atas kerja keras dengan berpesta. Para bocah kecil itu merokok
dengan nikmatnya. Bahkan minuman keras tak luput dari kehidupan mereka. Puluhan
botol minuman keras bermerek elit dan rokok yang juga tak kalah elitnya
menghiasi markas mereka. Rio yang telah bekerja maksimal malam itu menjadi
perhatian kawan-kawannya. Untuk pertama kali sejak dua tahun berkiprah di dunia
kejahatan mereka mengangkat pemimpin. Rio terpilih mengemban amanah yang di
percayakan untuknya. Ia menerima dengan segala kemurahan hati keputusan tersebut.
Ia menjadi pemimpin sindikat bocah iblis ini.
Keesokan harinya
di sebuah ruangan kotor penuh debu dan sampah berserakan, pagi menunjukkan
keceriaannya. Sama seperti wajah para bocah yang siap bertempur mengejar angan.
Pagi ini mereka akan bekerja seperti biasanya. Turun ke jalan menampakkan
betapa kerasnya hidup di kota. Masing-masing dari mereka memilih pekerjaan yang
tidak berbau kejahatan. Ada yang menjadi pedagang asongan, ngamen, mengemis
juga menjual koran.
Rio yang sedari subuh belum juga mendapat koran yang akan ia jual.
Rumah loper koran masih tutup. Tak biasanya seperti itu. Lazimnya loper koran
itu buka sebelum jam enam pagi. Dengan sabar ia menunggu hingga pukul tujuh lewat
beberapa menit seorang dengan wajah ceria memberikan beberapa lembar kertas
berisi berita terkini. Setelah menyusun dan menghitung jumlah koran yang akan
di jualnya Rio segera turun ke jalan melaksanakan tugasnya.
Dalam langkahnya menuju
medan pertempuran mecari rejeki ia tiba-tiba merasakan goncangan tang sungguh
luar biasa. Menatap heran berita pagi ini. Lembar pertama yang menjadi halaman
utama memperlihatkan kekejamannya. Dalam berita itu terpampang jelas gambar
para bocah iblis ini. Entah darimana datangnya kejadian itu terdeteksi media
massa. Rio bingung harus melakukan apa. Dirinya bagaikan dihimpit batu karang.
Sejak dua tahun beraksi baru kali ini sindikat bocah iblis diketahui
tindakannya. Ia langsung ingat kawan-kawannya yang saat ini tengah berada di
jalan melaksanakan pekerjaan mereka. Tanpa berpikir panjang Rio berlari dengan
kencang menuju tempat kawannya. Belum sempat memberi kabar terlihat dari jauh
kawan-kawannya sudah berada dalam dekapan aparat keamanan. Ia melihat perlakuan
aparat terhadap kawannya yang tidak manusiawi itu. Bocah kecil di berikan hadiah
pukulan layaknya orang yang melakukan kesalahan besar untuk negara. Rio sedih juga
marah melihat pemandangan itu.
Amarah kini
menyelimuti bocah iblis ini. Ia bingung dengan keadaan yang sedang dihadapinya
sekarang. Rio membayangkan hidupnya tanpa kehadiran kawan-kawannya. Kini ia
berada dalam kesendirian dan dibelit perkara yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya.
Asyik dalam lamunan membuatnya tak sadar bahwa dirinya dalam bahaya. Seorang
aparat keamanan mengejarnya. Ia lari dengan segenap kekuatannya. Namun ia
hanyalah bocah kecil yang lemah jika bertarung menghadapi orang dewasa. Rio
kini berada dalam dekapan salah seorang aparat keamanan. Ia ingin sekali lepas
dari genggaman aparat itu. Segera ia mengeluarkan sesuatu dari saku celananya
kemudian terlihat aparat yang membawanya tergeletak tak berdaya. Aparat itu
tewas karena mendapat hadiah delapan tusukan di bagian perut dan dadanya.
Kini Rio
benar-benar dalam bahaya besar. Ia telah melakukan tindakan yang membuat
hidupnya terancam. Ia terus berlari dan berlari. Mencari tempat untuk sembunyi
dari kejaran aparat. Kali ini Rio di kejar lima orang aparat. Dalam pelariannya
ia berhenti di sebuah ruangan kecil terlihat seperti bekas kantor yang sudah
tak terpakai. Rio bersembunyi di balik gedung itu. Kali ini usahanya menemui
kegagalan. Seorang aparat yang mengejarnya melihat bocah iblis ini. Belum
sempat menangkap Rio lagi dan lagi melayangkan pisau dan beberapa benda keras
ke arah aparat itu. Dua nyawa telah hilang akibat ulah beringas bocah iblis
ini. Belum sempat berlari tiba-tiba terdengar letusan senjata berkali-kali. Rio
tak bisa menahan sakit luar biasa. Ia tak bisa lagi berlari. Kini ia terbujur
kaku bersimbah darah di lantai gedung tua. Rio tewas.
No comments:
Post a Comment