Labels

Saturday, September 5, 2015

DESEMBERKU

Saat yang indah, masih tersimpan erat dalam ingatanku. menjalami cerita hidup memang tak mudah. Ruang yang pernah terisi dengan cinta kini kosong dan hampa. Tangan jernih kasih sayang kini entah kemana. Semua hampa, saat yang indah hanya sebuah kenangan.
            Aku begitu setia menanti dirimu yang pergi demi menjalankan tugas kampus selama tiga bulan. Sebelumnya aku telah menyelesaikannya lebih dulu karena paket mata kuliah kita berbeda. Saat aku pergi, kamu begitu sedih. Sedih karena kamu akan hidup sendiri selama dua bulan. Kepercayaan menjadi senjata kita saat itu. Selama dua bulan menjalankan tugas tak pernah ada pertengkaran berarti antara kita berdua. Perjalananku sangat mulus, hidupku indah. Aku pulang membawa sejuta pesona kesetiaan untukmu.
            Kembali kita menjalani hidup berdua seperti sebelumnya. Namun itu tak berlangsung lama karena giliranmu untuk pergi menjalankan tugas kampus. Entah mengapa perasaanku menjadi tak enak, aku sangat takut melepaskanmu sendiri menjalani hidup di kampung orang. Aku takut jika kamu pergi kesetiaan cintamu hilang untukku. Aku takut jika kamu pergi pertengkaran kita akan sering terjadi. Aku bingung dengan perasaanku. Otakku berpikir semoga semua yang kubayangkan tidak terjadi. Lama aku merenungi hal itu.
            Sampai pada suatu hari kamu berangkat dengan iringan doa dan rasa cintaku. Hatiku berat melepasmu pergi, beruntung semangat yang kamu berikan membuatku sedikit ringan menjalaninya. Selama kepergianmu aku merasa kesepian tanpa dirimu yang selalu menemaniku. Namun suara indahmu yang kudengar tiap hari melalui telepon membuatku kembali ceria.
***
            Dua bulan sudah kamu berada di lokasi tugas. Rasa rindu berat menderaku, setiap langkahku selalu terbayang dirimu. Mendengar kabar bahwa kamu akan pulang sejenak membuatku bahagia tak terkira. Rinduku terobati. Walau hanya beberapa hari kamu menemani, aku merasakan cinta luar biasa. Kita berdua menjalani cinta dan kasih sayang luar biasa. Sampai pada saatnya aku kembali melepasmu pergi ke lokasimu bertugas. Kali ini tak ada rasa sedih menyelimutiku.
            Beberapa hari setelah kau pergi tepatnya bulan desember, kita berdua mulai dilanda masalah. Hampir tiap hari pertengkaran tak terhindarkan. Sering kau menangis saat aku memarahimu, emosi tak mampu kutahan. Saat itu aku memutuskan untuk tidak menghubungimu selama beberapa hari dengan maksud menenangkan diri.
            Dua minggu kujalani tanpa berkomunikasi denganmu. aku bermaksud untuk menghubungimu saat kau pulang nanti. Tapi ternyata keputusanku salah. Saat kau kembali ternyata membawa kemarahan yang sangat besar. Sungguh perih hatiku saat kau menjelaskan semua penyebab kemarahanmu, aku bingung. Akhirnya kau memutuskan untuk berpisah denganku dan mengatakan bahwa ingin hidup sendiri. Aku hargai keputusan sederhanamu itu walau berat aku harus menanggungnya.
            Sejak kau memutuskan untuk berpisah, nuraniku gelap. Aku menjalani hari-hari tanpa semangat. Jiwaku berat, hidupku terasa sunyi dan hancur lebur tak terkira. Jiwa besarku mencoba menguatkan.
            Tepat sehari setelah ulang tahunku di akhir desember dengan lancang kau memberiku kado pahit. Kali ini jiwaku benar-benar runtuh, hidupku berdarah. Tega kau menghianati cinta suciku, kau berpaling tanpa rasa bersalah sedikitpun. Air mata tak mampu kubendung, aku sangat lemah tentangmu. Aku menghirup udara desember yang pahit berdarah, kekuatanku roboh.
            Akhir desember tanggal 31 adalah yang tak terlupakan. Di balik kehancuran hidupku hadir sesosok makhluk sempurna suci bercahaya. Ia adalah tempatku berbagi, ia memberiku kekuatan saat lemah melanda. Aku menutup bulan desember dengan bahagia luar biasa. Desemberku tak akan pernah kulupa, dukaku terobati. Bahagia menemaniku. Desemberku, cerita hidupku.

Irwandi Fahruddin
Makassar, 18 Maret 2012

No comments:

Post a Comment