Hari ini begitu indah bagi dua orang sahabat bernama Faat dan Dini.
Rasa gembira terlihat jelas dari setiap sudut auranya. Senyum bahagia lebih
sering mereka perlihatkan dibanding hari sebelumnya. Itu semua karena mereka diberi
kesempatan oleh kantor mereka untuk meliput manusia yang hidup di hutan yang
sangat terpencil. Ini adalah awal dari pekerjaan jurnalistik yang baru saja
mereka raih.
Faat dan Dini
menerima tawaran meliput di hutan karena mereka berhasil memenangkan sebuah
lomba jurnalistik yang diselenggarakan salah satu grup jurnalistik. Facebook
menjadi sarana untuk memperluas jangkauan lomba yang mereka laksanakan. Faat
yang hanya mencoba-coba mengirim tulisannya ternyata beruntung. Naskah lama
yang ia kirim berhasil menjadi juara pertama dalam lomba tersebut. Sebuah
tulisan yang sudah hampir terbuang ternyata memiliki kualitas yang cukup untuk
ukuran penilaian dewan juri. Sementara Dini berhasil menjadi pemenang kedua.
Tulisannya begitu memukau dan mengalir dengan derasnya ketika dibaca. Sebagai
bentuk penghargaan dalam lomba tersebut tiga orang pemenang diberi kesempatan
untuk meliput dan membuat tulisan tentang kehidupan manusia yang sangat
terpencil serta sulit dijangkau. Tawaran itu diterima dengan perasaan senang
menggebu oleh ketiga pemenang tersebut.
Menjelang
keberangkatan mereka diberi bekal yang cukup matang. Mereka tidak berangkat
bertiga tetapi ditemani oleh kru sebanyak lima orang. Sama seperti sebelumnya
saat mereka berangkat persiapan matang menjadi senjata ampuh mereka. Seluruhnya
harus teliti tanpa ada yang ketinggalan.
Tepat pukul
sembilan pagi mereka berangkat menuju tempat peliputan. Perjalanan panjang yang
dilalui membuat rasa kagum tak henti-hentinya terucap dari mulut mereka.
Panorama indah terlihat begitu jelas sehingga takjub tak terelakkan muncul dari
jiwa mereka. Sawah yang indah, gunung dihiasi pepohonan, hamparan luas dunia
adalah pesona yang diberikan Tuhan untuk manusia.
Setelah menempuh
perjalanan dua jam lebih mereka akhirnya sampai pada tempat yang dituju. Semua
bergegas mengemas barang bawaan. Mobil diparkir dan mereka masih harus berjalan
kaki selama satu jam untuk dapat mencapai titik yang mereka tuju. Rasa lelah
menggerogoti tubuh mereka, namun semangat membawa kehangatan tersendiri sebagai
pengobat rasa lelah.
Perasaan gembira
luar biasa mereka terjawab ketika sampai pada tempat yang dutuju yaitu sebuah
kelompok manusia yang hidup sangat jauh dari kota. Sebuah kampung sederhana
namun ramah menyambut kedatangan mereka. Rasa lelah terjawab, mereka siap
melaksanakan tugas masing-masing. Ketiga jurnalis baru yaitu Faat, Dini dan
Irwin saling berbagi tugas. Faat sebagai juru kamera, Dini sebagai reporter dan
Irwin sebagai notulen. Suasana peliputan berjalan lancar selama tiga jam lebih.
Mereka dibawa mengelilingi kampung
tersebut dan menemukan hal menarik di dalamnya. Sebuah suku yang sangat
unik dan itu dimiliki hampir semua suku di Indonesia. Mereka menutup peliputan
dengan acara perpisahan yang sengaja dibuat oleh kepala suku sebagai tanda
terima kasih karena telah bersedia datang jauh dari kota guna mengunjungi
kampung terpencil mereka. Setelah itu mereka pamit.
Banyak cerita
terlontar dari mulut mereka selama perjalanan pulang. Rasa lelah ternyata tak
mau kalah, kali ini mereka menyerah dan memilih untuk istirahat sejenak
mengumpulkan tenaga. Perjalanan masih panjang dan kekuatan harus tetap terjaga.
Di sela istirahat permainan konyol mereka buat. Main petak umpet menjadi ajang
menarik mengisi istirahat. Akhirnya mereka membagi kelompok kemudian bermain.
Sebelum permainan dimulai semua dihimbau untuk tidak pergi bersembunyi terlalu
jauh karena takut ada yang tersesat. Faat, Dini dan Irwin tergabung dalam satu
kelompok melawan kelima kru yang lain. Irwin memutuskan membawa tasnya karena
ia takut kalau saja ada yang iseng mencuri isi tas tersebut. Sama seperti
Irwin, Dini juga membawa tas kesayangannya. Keceriaan mereka bertiga tak
terkontrol, saat permainan dimulai Faat dan Irwin memilih bersembunyi bersama
sementara Dini meilih jalannya sendiri.
Permainan semakin
menarik ketika Faat, Dini dan Irwin sulit ditemukan. Tentu mereka sangat pandai
bersembunyi. Tapi kenyataan berkata lain, ketika mereka hendak kembali ke
tempat semula tak ada petunjuk yang membawa mereka. Faat dan Irwin bingung
mencari tempat mereka bermain. Ingatan mereka seolah hilang, semakin mereka
berjalan yang ditemui hanya sebuah keasingan. Faat panik, begitu juga Irwin.
Mereka berdua tersesat, bingung mencari jalan kembali ke tempat istirahat.
***
Dini seperti
berada di sebuah tempat yang sangat asing, dan itu memang yang terjadi pada
dirinya saat ini. Ia kehilangan jejak, panik tak terkira ketika hendak
kembali tak juga menemukan jalan yang
telah dilalui sebelumnya. Ia menangis, tentu tangisan ketakutan yang dihempaskan
oleh rasa tak menentu. Ia mulai meraih handphone dari sakunya, ternyata
handphone tak dibawanya. Terlalu gembira karena telah meraih apa yang
diinginkan membuatnya lupa membawa sesuatu yang sangat berguna itu. Dini
kehabisan akal, ia duduk sejenak berpikir apa yang seharusnya ia lakukan dalam
kepanikan seperti ini.
***
Faat dan Irwin
juga sangat panik ketika handphone yang dibawa Irwin sudah kehabisan baterai.
Sementara Faat tak membawa apa-apa, semua barang tersimpan erat dalam tas yang
ditinggalkan di tempat berisitirahat tadi. Pikiran jernih mereka seolah
ternoda, tak mampu lagi menapaki jalannya.
Dini mulai
berpikir jernih setelah mendapat ide luar biasa. Ia segera meraih tas kemudian
membukanya. Sebuah laptop diraih dari dalam tas kemudian dinyalakan. Tak lupa
ia mengambil modem yang selalu ia bawa bersama laptopnya. Beruntung di hutan
itu sinyal masih terjangkau. Ia segera login ke akun facebook dan berhasil. Ia
segera menghubungi kantor dan saat itu juga dikirim tim pencari untuk menyelamatkan
mereka. Keberadaan Dini segera dilacak.
Di tempat lain
Faat dan Irwin tak mampu berbuat apa-apa. Otak mereka tak mampu berpikir jernih
karena telah ternoda oleh rasa takut luar biasa. Rasa haus menjadi penyelamat
mereka. Saat hendak mengambil botol berisi minuman dari dalam tasnya, Irwin
melihat sebuah laptop yang seakan tersenyum padanya. Faat kemudian meraih
laptop tersebut disertai dengan modem kemudian login ke facebook meminta
pertolongan. Faat benar-benar kaget bercampur senang ketika ia melihat obrolan
aktif terpampang nama Dini. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan mereka terus
berkomunikasi. Tim pencari yang melacak keberadaan mereka juga aktif dalam
ruang obrolan. Sampai pada akhirnya mereka bertiga berhasil ditemukan. Senang
luar biasa terlihat dari wajah mereka bertiga. Pengalaman yang tak akan
dilupakan sepanjang hidup mereka. Tersesat di tengah hutan dan tertolong oleh
hadirnya facebook. Semua karena Facebook.
Makassar 27 Maret 2012
No comments:
Post a Comment