Labels

Tuesday, September 8, 2015

SEMUA KARENA FACEBOOK


Hari ini begitu indah bagi dua orang sahabat bernama Faat dan Dini. Rasa gembira terlihat jelas dari setiap sudut auranya. Senyum bahagia lebih sering mereka perlihatkan dibanding hari sebelumnya. Itu semua karena mereka diberi kesempatan oleh kantor mereka untuk meliput manusia yang hidup di hutan yang sangat terpencil. Ini adalah awal dari pekerjaan jurnalistik yang baru saja mereka raih.
            Faat dan Dini menerima tawaran meliput di hutan karena mereka berhasil memenangkan sebuah lomba jurnalistik yang diselenggarakan salah satu grup jurnalistik. Facebook menjadi sarana untuk memperluas jangkauan lomba yang mereka laksanakan. Faat yang hanya mencoba-coba mengirim tulisannya ternyata beruntung. Naskah lama yang ia kirim berhasil menjadi juara pertama dalam lomba tersebut. Sebuah tulisan yang sudah hampir terbuang ternyata memiliki kualitas yang cukup untuk ukuran penilaian dewan juri. Sementara Dini berhasil menjadi pemenang kedua. Tulisannya begitu memukau dan mengalir dengan derasnya ketika dibaca. Sebagai bentuk penghargaan dalam lomba tersebut tiga orang pemenang diberi kesempatan untuk meliput dan membuat tulisan tentang kehidupan manusia yang sangat terpencil serta sulit dijangkau. Tawaran itu diterima dengan perasaan senang menggebu oleh ketiga pemenang tersebut.
            Menjelang keberangkatan mereka diberi bekal yang cukup matang. Mereka tidak berangkat bertiga tetapi ditemani oleh kru sebanyak lima orang. Sama seperti sebelumnya saat mereka berangkat persiapan matang menjadi senjata ampuh mereka. Seluruhnya harus teliti tanpa ada yang ketinggalan.
            Tepat pukul sembilan pagi mereka berangkat menuju tempat peliputan. Perjalanan panjang yang dilalui membuat rasa kagum tak henti-hentinya terucap dari mulut mereka. Panorama indah terlihat begitu jelas sehingga takjub tak terelakkan muncul dari jiwa mereka. Sawah yang indah, gunung dihiasi pepohonan, hamparan luas dunia adalah pesona yang diberikan Tuhan untuk manusia.
            Setelah menempuh perjalanan dua jam lebih mereka akhirnya sampai pada tempat yang dituju. Semua bergegas mengemas barang bawaan. Mobil diparkir dan mereka masih harus berjalan kaki selama satu jam untuk dapat mencapai titik yang mereka tuju. Rasa lelah menggerogoti tubuh mereka, namun semangat membawa kehangatan tersendiri sebagai pengobat rasa lelah.
            Perasaan gembira luar biasa mereka terjawab ketika sampai pada tempat yang dutuju yaitu sebuah kelompok manusia yang hidup sangat jauh dari kota. Sebuah kampung sederhana namun ramah menyambut kedatangan mereka. Rasa lelah terjawab, mereka siap melaksanakan tugas masing-masing. Ketiga jurnalis baru yaitu Faat, Dini dan Irwin saling berbagi tugas. Faat sebagai juru kamera, Dini sebagai reporter dan Irwin sebagai notulen. Suasana peliputan berjalan lancar selama tiga jam lebih. Mereka dibawa mengelilingi kampung  tersebut dan menemukan hal menarik di dalamnya. Sebuah suku yang sangat unik dan itu dimiliki hampir semua suku di Indonesia. Mereka menutup peliputan dengan acara perpisahan yang sengaja dibuat oleh kepala suku sebagai tanda terima kasih karena telah bersedia datang jauh dari kota guna mengunjungi kampung terpencil mereka. Setelah itu mereka pamit.
            Banyak cerita terlontar dari mulut mereka selama perjalanan pulang. Rasa lelah ternyata tak mau kalah, kali ini mereka menyerah dan memilih untuk istirahat sejenak mengumpulkan tenaga. Perjalanan masih panjang dan kekuatan harus tetap terjaga. Di sela istirahat permainan konyol mereka buat. Main petak umpet menjadi ajang menarik mengisi istirahat. Akhirnya mereka membagi kelompok kemudian bermain. Sebelum permainan dimulai semua dihimbau untuk tidak pergi bersembunyi terlalu jauh karena takut ada yang tersesat. Faat, Dini dan Irwin tergabung dalam satu kelompok melawan kelima kru yang lain. Irwin memutuskan membawa tasnya karena ia takut kalau saja ada yang iseng mencuri isi tas tersebut. Sama seperti Irwin, Dini juga membawa tas kesayangannya. Keceriaan mereka bertiga tak terkontrol, saat permainan dimulai Faat dan Irwin memilih bersembunyi bersama sementara Dini meilih jalannya sendiri.
            Permainan semakin menarik ketika Faat, Dini dan Irwin sulit ditemukan. Tentu mereka sangat pandai bersembunyi. Tapi kenyataan berkata lain, ketika mereka hendak kembali ke tempat semula tak ada petunjuk yang membawa mereka. Faat dan Irwin bingung mencari tempat mereka bermain. Ingatan mereka seolah hilang, semakin mereka berjalan yang ditemui hanya sebuah keasingan. Faat panik, begitu juga Irwin. Mereka berdua tersesat, bingung mencari jalan kembali ke tempat istirahat.
***
            Dini seperti berada di sebuah tempat yang sangat asing, dan itu memang yang terjadi pada dirinya saat ini. Ia kehilangan jejak, panik tak terkira ketika hendak kembali  tak juga menemukan jalan yang telah dilalui sebelumnya. Ia menangis, tentu tangisan ketakutan yang dihempaskan oleh rasa tak menentu. Ia mulai meraih handphone dari sakunya, ternyata handphone tak dibawanya. Terlalu gembira karena telah meraih apa yang diinginkan membuatnya lupa membawa sesuatu yang sangat berguna itu. Dini kehabisan akal, ia duduk sejenak berpikir apa yang seharusnya ia lakukan dalam kepanikan seperti ini.
***
            Faat dan Irwin juga sangat panik ketika handphone yang dibawa Irwin sudah kehabisan baterai. Sementara Faat tak membawa apa-apa, semua barang tersimpan erat dalam tas yang ditinggalkan di tempat berisitirahat tadi. Pikiran jernih mereka seolah ternoda, tak mampu lagi menapaki jalannya.
            Dini mulai berpikir jernih setelah mendapat ide luar biasa. Ia segera meraih tas kemudian membukanya. Sebuah laptop diraih dari dalam tas kemudian dinyalakan. Tak lupa ia mengambil modem yang selalu ia bawa bersama laptopnya. Beruntung di hutan itu sinyal masih terjangkau. Ia segera login ke akun facebook dan berhasil. Ia segera menghubungi kantor dan saat itu juga dikirim tim pencari untuk menyelamatkan mereka. Keberadaan Dini segera dilacak.
            Di tempat lain Faat dan Irwin tak mampu berbuat apa-apa. Otak mereka tak mampu berpikir jernih karena telah ternoda oleh rasa takut luar biasa. Rasa haus menjadi penyelamat mereka. Saat hendak mengambil botol berisi minuman dari dalam tasnya, Irwin melihat sebuah laptop yang seakan tersenyum padanya. Faat kemudian meraih laptop tersebut disertai dengan modem kemudian login ke facebook meminta pertolongan. Faat benar-benar kaget bercampur senang ketika ia melihat obrolan aktif terpampang nama Dini. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan mereka terus berkomunikasi. Tim pencari yang melacak keberadaan mereka juga aktif dalam ruang obrolan. Sampai pada akhirnya mereka bertiga berhasil ditemukan. Senang luar biasa terlihat dari wajah mereka bertiga. Pengalaman yang tak akan dilupakan sepanjang hidup mereka. Tersesat di tengah hutan dan tertolong oleh hadirnya facebook. Semua karena Facebook.

Makassar 27 Maret 2012

No comments:

Post a Comment