Ranting bergoyang melambaikan tangannya kepada angin yang berhembus
lewat. Pohon menari dalam kelembutan diikuti nyanyian syahdu beberapa ekor
burung. Suara keramaian terdengar dari sebuah istana yang sedang melaksanakan
pemilihan seorang raja karena selama ini raja yang lama dianggap tidak mampu
memimpin istana. Tomaraja adalah kerajaan terkaya di antara kerajaan lain di
negeri Walenrang. Kekayaan yang dimiliki melingkupi seluruh aspek dalam
kehidupan masyarakat.
Sebelum melakukan
pemilihan, seluruh calon raja diberi kesempatan selama satu bulan untuk
mengkampanyekan diri mereka kepada rakyat. Lima calon raja diberi bekal dan
peraturan dalam kampanye. Semua calon adalah putra dari Puang Massawae, sang
mantan raja. Usai pembekalan khusus kelima calon diberi kesempatan melakukan
kampanye.
Tombang, putra
sulung Puang Massawae memilih kampanye dengan melakukan ceramah disetiap daerah
dalam wilayah Tomaraja. Tombang yang memiliki sifat sabar tidak terlalu
menginginkan menjadi raja karena menurutnya hidup sederhana lebih penting dan
lebih mulia dibanding hidup kaya namun penuh dengan kebusukan. Ia lebih memilih
mencerahkan umat dengan ceramahnya dan sangat jauh dari unsur mempengaruhi
rakyat untuk memilihnya sebagai raja. Ia mengatakan bahwa ceramahnya bukan
untuk kampanye semata melainkan mengajak seluruh umat untuk taat kepada sang
pencipta. Suatu hari Tombang sedang memberi nasehat kepada para petani yang
kehilangan sebagian hasil panen karena tanahnya diserang oleh hama datang seorang
pemuda, ia adalah Kamassi yang tak lain adalah adik kandung Tombang. Mereka
berdua sepakat untuk bersaing secara sehat tanpa saling menyakiti satu sama
lain. Keduanya menjalankan tugas sesuai amanah dari ayah mereka.
Persaingan semakin
panas menjelang pemilihan raja, Kaluku, To’Dengen dan Batubuaja sedang asyik
merancang strategi dalam menyambut perhelatan akbar tersebut. To’dengen dan
Batubuaja menyatukan visi dan misi untuk mengangkat Kaluku sebagai raja agar
mereka dapat menduduki posisi sebagai pejabat kerajaan. To’dengen dan Batubuaja
memilih untuk tidak melakukan kampanye. Hanya Kaluku yang menjalankannya, ini
dilakukan agar seluruh masyarakat tidak terbagi suaranya dan menganggap bahwa
dukungan seutuhnya jatuh pada Kaluku. Saat itu juga Kaluku merasa yakin akan
memenangkan pemilihan dan menjadi raja.
Tiba saatnya
pemilihan berlangsung, semua warga diperkenankan untuk memilih secara
demokrasi. Lima bilik disediakan, dari lima bilik tersebut seluruh rakyat
diperintahkan memasuki bilik yang isinya sudah tersusun dengan rapi. Setiap
bilik terdapat kursi yang diberi nomor hingga urutan seribu lebih sesuai dengan
jumlah rakyat secara keseluruhan. Bilik satu menjadi milik Tobang, bilik dua
Kamassi, bilik tiga Kaluku, bilik empat To’dengen dan bilik lima oleh
Batubuaja.
Sebelum rakyat
dipersilahkan memilih bilik kelima calon raja diberi kesempatan memberikan
pidato untuk membahas tentang kesejahteraan Tomaraja jika terpilih. Tombang dan
Kamassi sangat bersemangat mengeluarkan setiap keinginan untuk kerajaan
Tomaraja kelak, sementara Kaluku memberikan penguatan dengan menjanjikan
pekerjaan layak bagi rakyat yang memilihnya tanpa terkecuali. To’dengen dan
Batubuaja hanya berpidato singkat sesuai rencana yang mereka susun.
Awalnya pemilihan
berlangsung tenang, semua berjalan sesuai aturan. Setiap rakyat memilih dengan
hati nuraninya. Bilik demi bilik terisi. Pemilihan berakhir dengan penghitungan
jumlah isi dari bilik tersebut. Tombang memiliki banyak rakyat dalam biliknya,
Kamassi juga begitu. Kaluku, To’dengen dan Batubuaja hampir tak memiliki suara.
Isi bilik ketiganya hanya dua orang rakyat saja. Ketiganya protes atas hasil
itu, mereka menganggap ada permainan dalam pemilihan ini.
“Ini tidak masuk
akal, Tombang dan Kamassi memiliki pendukung yang banyak sementara kami bertiga
masing-masing hanya memiliki pendukung sebanyak dua orang.” Protes Kaluku
dengan emosi.
“Aku tidak setuju
dengan hasil pemilihan ini, ada kecurangan yang terjadi.” Kata To’dengen juga
dengan nada emosional.
“Pemilihan ini
harus diulangi dan seluruh rakyat harus memberi alasan yang jujur mengapa
mereka memilih, tentu dengan sumpah agar mereka tak melenceng.” Batubuaja
melanjutkan pendapat kedua saudaranya.
“Ada apa ini,
kenapa kalian bertiga berkata seperti itu ?” Sela raja.
“Ayah harus
mengulang pemilihan ini, pasti ada kecurangan.” Kaluku tak menerima keputusan.
“Baiklah, aku dan
Kamassi disini tidak melakukan kecurangan seperti yang kalian katakan, tapi
kalau ayah menghendaki pemilihan ulang disertai sumpah dari rakyat kami
setuju.” Tombang mulai angkat bicara.
“Baiklah, kita
lakukan pemilihan ulang.” Raja terpaksa melakukannya atas permintaan semua
anaknya.
Pemilihan kedua
kalinya berlangsung penuh ketegangan karena di setiap bilik terdapat sumpah
yang harus dilakukan rakyat demi sebuah kejujuran. Hal ini memakan waktu cukup
lama karena satu persatu rakyat memberikan sumpahnya. Menyaksikan hal itu raja
merasa tak enak karena pemilihan yang seharusnya sudah selesai harus terulang
kembali.
Akhirnya pemilihan
kedua berakhir dengan kemenangan Tombang. Ternyata jumlah bilik yang terisi
tidak mengalami perubahan, sama seperti pemilihan pertama. Ternyata seluruh
rakyat memilih dengan hati nurani tanpa ada kecurangan. Kaluku, To’dengen dan
Batubuaja dengan perasaan berat menerima kenyataan pahit mereka.
Tombang diangkat
menjadi raja baru di kerajaan Tomaraja, Kamassi sebagai wakil yang bertugas
mengawasi seluruh isi kerajaan sementara Kaluku, To’dengen dan Batubuaja
menjadi penjaga arsip di perpustakaan kerajaan dan juga sebagai penanggung
jawab dalam mengatur setiap pertemuan raja.
Raja baru berhasil
membawa Tomaraja menuju kesejahteraan seperti yang dijanjikannya dulu.
Irwandi Fahruddin
Makassar, 18 Maret 2012
No comments:
Post a Comment