Labels

Saturday, September 5, 2015

TOMARAJA

Ranting bergoyang melambaikan tangannya kepada angin yang berhembus lewat. Pohon menari dalam kelembutan diikuti nyanyian syahdu beberapa ekor burung. Suara keramaian terdengar dari sebuah istana yang sedang melaksanakan pemilihan seorang raja karena selama ini raja yang lama dianggap tidak mampu memimpin istana. Tomaraja adalah kerajaan terkaya di antara kerajaan lain di negeri Walenrang. Kekayaan yang dimiliki melingkupi seluruh aspek dalam kehidupan masyarakat.
            Sebelum melakukan pemilihan, seluruh calon raja diberi kesempatan selama satu bulan untuk mengkampanyekan diri mereka kepada rakyat. Lima calon raja diberi bekal dan peraturan dalam kampanye. Semua calon adalah putra dari Puang Massawae, sang mantan raja. Usai pembekalan khusus kelima calon diberi kesempatan melakukan kampanye.
            Tombang, putra sulung Puang Massawae memilih kampanye dengan melakukan ceramah disetiap daerah dalam wilayah Tomaraja. Tombang yang memiliki sifat sabar tidak terlalu menginginkan menjadi raja karena menurutnya hidup sederhana lebih penting dan lebih mulia dibanding hidup kaya namun penuh dengan kebusukan. Ia lebih memilih mencerahkan umat dengan ceramahnya dan sangat jauh dari unsur mempengaruhi rakyat untuk memilihnya sebagai raja. Ia mengatakan bahwa ceramahnya bukan untuk kampanye semata melainkan mengajak seluruh umat untuk taat kepada sang pencipta. Suatu hari Tombang sedang memberi nasehat kepada para petani yang kehilangan sebagian hasil panen karena tanahnya diserang oleh hama datang seorang pemuda, ia adalah Kamassi yang tak lain adalah adik kandung Tombang. Mereka berdua sepakat untuk bersaing secara sehat tanpa saling menyakiti satu sama lain. Keduanya menjalankan tugas sesuai amanah dari ayah mereka.
            Persaingan semakin panas menjelang pemilihan raja, Kaluku, To’Dengen dan Batubuaja sedang asyik merancang strategi dalam menyambut perhelatan akbar tersebut. To’dengen dan Batubuaja menyatukan visi dan misi untuk mengangkat Kaluku sebagai raja agar mereka dapat menduduki posisi sebagai pejabat kerajaan. To’dengen dan Batubuaja memilih untuk tidak melakukan kampanye. Hanya Kaluku yang menjalankannya, ini dilakukan agar seluruh masyarakat tidak terbagi suaranya dan menganggap bahwa dukungan seutuhnya jatuh pada Kaluku. Saat itu juga Kaluku merasa yakin akan memenangkan pemilihan dan menjadi raja.
            Tiba saatnya pemilihan berlangsung, semua warga diperkenankan untuk memilih secara demokrasi. Lima bilik disediakan, dari lima bilik tersebut seluruh rakyat diperintahkan memasuki bilik yang isinya sudah tersusun dengan rapi. Setiap bilik terdapat kursi yang diberi nomor hingga urutan seribu lebih sesuai dengan jumlah rakyat secara keseluruhan. Bilik satu menjadi milik Tobang, bilik dua Kamassi, bilik tiga Kaluku, bilik empat To’dengen dan bilik lima oleh Batubuaja.
            Sebelum rakyat dipersilahkan memilih bilik kelima calon raja diberi kesempatan memberikan pidato untuk membahas tentang kesejahteraan Tomaraja jika terpilih. Tombang dan Kamassi sangat bersemangat mengeluarkan setiap keinginan untuk kerajaan Tomaraja kelak, sementara Kaluku memberikan penguatan dengan menjanjikan pekerjaan layak bagi rakyat yang memilihnya tanpa terkecuali. To’dengen dan Batubuaja hanya berpidato singkat sesuai rencana yang mereka susun.
            Awalnya pemilihan berlangsung tenang, semua berjalan sesuai aturan. Setiap rakyat memilih dengan hati nuraninya. Bilik demi bilik terisi. Pemilihan berakhir dengan penghitungan jumlah isi dari bilik tersebut. Tombang memiliki banyak rakyat dalam biliknya, Kamassi juga begitu. Kaluku, To’dengen dan Batubuaja hampir tak memiliki suara. Isi bilik ketiganya hanya dua orang rakyat saja. Ketiganya protes atas hasil itu, mereka menganggap ada permainan dalam pemilihan ini.
            “Ini tidak masuk akal, Tombang dan Kamassi memiliki pendukung yang banyak sementara kami bertiga masing-masing hanya memiliki pendukung sebanyak dua orang.” Protes Kaluku dengan emosi.
            “Aku tidak setuju dengan hasil pemilihan ini, ada kecurangan yang terjadi.” Kata To’dengen juga dengan nada emosional.
            “Pemilihan ini harus diulangi dan seluruh rakyat harus memberi alasan yang jujur mengapa mereka memilih, tentu dengan sumpah agar mereka tak melenceng.” Batubuaja melanjutkan pendapat kedua saudaranya.
            “Ada apa ini, kenapa kalian bertiga berkata seperti itu ?” Sela raja.
            “Ayah harus mengulang pemilihan ini, pasti ada kecurangan.” Kaluku tak menerima keputusan.
            “Baiklah, aku dan Kamassi disini tidak melakukan kecurangan seperti yang kalian katakan, tapi kalau ayah menghendaki pemilihan ulang disertai sumpah dari rakyat kami setuju.” Tombang mulai angkat bicara.
            “Baiklah, kita lakukan pemilihan ulang.” Raja terpaksa melakukannya atas permintaan semua anaknya.
            Pemilihan kedua kalinya berlangsung penuh ketegangan karena di setiap bilik terdapat sumpah yang harus dilakukan rakyat demi sebuah kejujuran. Hal ini memakan waktu cukup lama karena satu persatu rakyat memberikan sumpahnya. Menyaksikan hal itu raja merasa tak enak karena pemilihan yang seharusnya sudah selesai harus terulang kembali.
            Akhirnya pemilihan kedua berakhir dengan kemenangan Tombang. Ternyata jumlah bilik yang terisi tidak mengalami perubahan, sama seperti pemilihan pertama. Ternyata seluruh rakyat memilih dengan hati nurani tanpa ada kecurangan. Kaluku, To’dengen dan Batubuaja dengan perasaan berat menerima kenyataan pahit mereka.
            Tombang diangkat menjadi raja baru di kerajaan Tomaraja, Kamassi sebagai wakil yang bertugas mengawasi seluruh isi kerajaan sementara Kaluku, To’dengen dan Batubuaja menjadi penjaga arsip di perpustakaan kerajaan dan juga sebagai penanggung jawab dalam mengatur setiap pertemuan raja.
            Raja baru berhasil membawa Tomaraja menuju kesejahteraan seperti yang dijanjikannya dulu.

Irwandi Fahruddin
Makassar, 18 Maret 2012

No comments:

Post a Comment