Labels

Tuesday, September 8, 2015

ROJES

Dua puluh tahun yang lalu menjadi saat tak terlupakan dalam hidup Rojes, kejadian itu mengguncang kehidupannya. Dirinya seperti berada dalam neraka dunia, tak ada yang dapat menolongnya. Ia merasa tak ada lagi gunanya hidup di dunia, seluruh kebahagiannya direnggut. Masalah yang dihadapinya bukan cuma satu, banyak masalah yang menimpanya saat itu. Rojes memang terkenal sebagai preman nomor satu di Tombang, namanya bahkan dikenal luas di hampir seluruh Kabupaten Luwu. Ia memiliki rekan yang sangat banyak disetiap daerah, orang-orang mengatakan bahwa Rojes tak ada tandingannya. Ia begitu disegani oleh masyarakat karena memiliki pribadi yang keras.
            Ujian hidup Rojes bermula saat ia ketahuan merampok bersama rekan sesama preman. Ia dikurung dalam sel penjara hanya tiga bulan dengan alasan kelakuan baik. Rojes menghirup udara bebas dengan hati riang tak terhingga, pulang ke rumah dengan senandung nada lembut. Ia disambut seluruh anggota keluarganya, hari itu juga keluarga Rojes mengadakan syukuran atas bebasnya ia dari penjara.
            Keesokan harinya, ketika Rojes sedang berada di pasar bersama teman sesama prema  tanpa ia duga beberapa orang tiba-tiba memukulinya. Terjadi perkelahian sengit antara dua kelompok preman. Sedang asyik beradu emosi aparat keamanan mencoba menghentikan mereka, namun semua yang terlibat berhasil melarikan diri. Rojes mencari tempat yang aman untuk meloloskan diri namun ternyata dihadapannya sudah banyak aparat keamanan yang bersenjata lengkap, ia tertangkap.
            Rojes kembali mengecap pahitnya rumah tahanan untuk kedua kalinya. Hanya sehari ia menghirup udara bebas kemudian tertangkap lagi. Seluruh keluarganya merasa kecewa dan sedih dengan tingkah lakunya. Selama di penjara kali ini Rojes diberi keringanan berupa tempat khusus narapidana yang memiliki kelakuan baik. Ia merasa heran kenapa ada yang seperti itu dalam penjara padahal semua tahanan dipandang sama olehnya. Saat itu Rojes hanya sebulan merasakan kehidupan di penjara.
            Kembali Rojes menghirup udara bebas setelah beberapa kali mengulang kesalahannya. Kali ini ia dituntut oleh keluarganya untuk menghilangkan segala bentuk kejahatan yang melekat dalam dirinya, namun tetap ia tak peduli dengan ocehan keluarganya. Rojes memutar pikirannya saat itu dan akhirnya ia mau mencoba menjadi orang baik.  Ia sempat terlihat sedang shalat di masjid, orang yang melihatnya merasa heran dan menyebar cerita tentang dirinya. Mendengar hal tersebut ia merasa dipojokkan dalam masyarakat. Ia merasa risih dengan ocehan orang lain terhadap dirinya. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak ke mesjid lagi, ia lebih memilih shalat di rumah. Hari-hari Rojes dilewati dengan berbuat baik, tak ada lagi kejahatan menghiasi hidupnya. Ia menjadi lebih baik.
            Suatu hari Rojes sedang membeli sesuatu di pasar, pasar tersebut adalah tempat nongkrongnya ketika masih menjadi preman. Ketika ia sedang mencari alat shalat tiba-tiba seorang teman yang masih menjadi preman menyapanya.
            “Bagaimana kabarta’ sekarang bos ? kenapa lama baru muncul ?” sapa salah seorang temannya.
            “Alhamdulillah baikji saudaraku, sekarang saya sudah berubah. Tidak adami kejahatan dalam diriku.”
            “Syukurlah bos, pertahankanki’ nah.”
            “Iye, Insya Allah.”
            Beberapa saat setelah percakapan tersebut Rojes terjatuh akibat terkena pukulan sangat keras dari seseorang. Orang yang sama ketika terjadi perkelahian dua bulan lalu yang menyebabkan dirinya masuk penjara. Naluri bela diri kembali muncul dalam diri Rojes ketika ia hendak ditusuk oleh musuhnya itu. Perkelahian tak terhindarkan lagi, dua kelompok saling serang. Melihat aksi tersebut aparat keamanan turun untuk mengamankan mereka. Kali ini semua tertangkap. Kembali Rojes menghirup udara penjara yang sangat dibencinya. Selama di dalam tahanan Rojes tak pernah lagi beribadah. Ia merasa tak percaya lagi dengan kebaikan karena menurutnya beribadah atau tidak sama saja. Beribadah masuk penjara, tak beribadah masuk penjara juga jadi ia lebih memilih untuk kembali seperti dulu lagi.
            Dua bulan kemudian ia kembali menghirup udara bebas. Keluarganya sudah tak peduli lagi dengannya karena dianggap ia sudah keterlaluan. Tiap hari ia mabuk, berjudi dan bentuk maksiat yang lain. Dirinya kembali seperti dulu lagi. Suatu ketika ia diperintah oleh ayahnya untuk shalat di masjid karena dianggap sangat banyak dosa yang telah diperbuatnya selama ini. Rojes dan ayahnya beradu mulut saat itu, luapan emosi terlihat dari keduanya. Akhirnya dengan emosi ia pergi dari rumah. Ia memutuskan untuk mabuk karena merasa tertekan oleh kemauan ayahnya.
            Menjelang pukul lima subuh Rojes pergi ke masjid yang saat itu sudah terdengar lantunan ayat suci Al Qur’an. Ia kemudian masuk ke masjid dan segera meraih microphone kemudian dengan semangatnya ia adzan. Pak Wisnu yang saat itu bertindak sebagai imam desa kaget melihat kehadiran Rojes di masjid, bahkan ia berani untuk adzan. Ternyata Rojes mengenakan pakaian pendek, tak layak dikenakan untuki beribadah. Pak Wisnu juga mencium bau minuman keras dari mulut Rojes, ia dalam keadaan mabuk. Melihat hal tersebut Pak Wisnu merasa Rojes telah mengotori Islam dengan masuk masjid dalam keadaan mabuk, adzan pula. Saat Pak Wisnu menegurnya, ia marah besar. Kalimat makian terlontar dari mulutnya ditujukan kepada Pak Imran. Mereka berdua terlibat pertengkaran hebat, Rojes segera mengambil pisau kemudian menusuk tubuh Pak Wisnu. Saat itu juga Pak Wisnu tewas di tempat. Rojes menjadi orang yang dicari-cari di Desa Tombang, seluruh keluarga Pak Wisnu merasa dendam kepadanya karena ia melarikan diri setelah melakukan aksi pembunuhan.
            Rojes melarikan diri malam itu juga, ia langsung menghubungi salah seorang temannya yang berada di Malaysia. Ia berhasil keluar dari Indonesia dengan aman. Selama di Malaysia ia menjalani kehidupannya dengan berbuat baik karena ia merasa dirinya sudah sangat kotor. Rojes bertaubat dan menjadi pengurus masjid di desa tempat ia tinggal. Hampir tak ada masalah menyerang hidupnya, ia menjadi lebih tenang melangkahi detik demi detik waktunya. Dalam usianya yang sudah tua ia memutuskan kembali ke kampung halaman untuk bertemu mengobati rindu dengan keluarga tercinta.
            Malam gelap dan sunyi menjadi saksi kembalinya Rojes ke kampung halaman, saat berada di pintu rumah seluruh keluarga yang melihatnya merasa heran dan juga sangat senang karena ia sudah kembali setelah dua puluh tahun tak pernah mengirim kabar. Peluk cium diterima tanda rasa syukur keluarganya. Ia kembali dalam keadaan sehat, kini ia benar-benar menjelma menjadi orang baik.
            Keesokan harinya, Rojes dijemput sebuah mobil aparat keamanan. Ia menyerahkan diri demi menebus dosa yang pernah dibuatnya,  ia kembali menjalani kehidupannya di dalam penjara.       

Makassar 26 Februari 2012

No comments:

Post a Comment