Perkenalan Pit
& Dat bermula dari pertemuan biasa dalam sebuah forum perkuliahan di
Universitas Negeri Makassar. Semua mahasiswa akan ujian di Kabupaten Wajo. Kala
itu keduanya tak sengaja duduk bersama, Pit tepat duduk di samping Dat bersama
teman-teman lainnya. Mereka kuliah di kampus yang sama namun belum saling
kenal. Sebagai gambaran naluri lelaki Pit memberanikan diri kenalan dengan Dat,
mereka pun akrab dalam sekejap. Pit memang tidak sekelas dengan Dat namun
mereka sering bersama dalam kelas gabungan.
Usai mengikuti perkuliahan, keduanya
keluar dari kampus bersama dengan teman Dat lainnya yakni Prety. Pit lebih dulu
kenal dengan Prety. Mereka bertiga melanjutkan keakraban dengan pergi ke mall
untuk belanja. Canda tawa menghiasi kebersamaan mereka. Banyak cerita yang
terangkai dari mulut ketiganya. Semuanya indah.
Pit merasa nyaman dekat dengan Dat,
begitupun sebaliknya. Mata keduanya tak mampu saling menatap. Rasa malu hinggap
di relung jiwa. Pit & Dat terlibat dalam cinta. Momen kebersamaan di mall
hari itu menjadi yang paling indah dalam hidup Pit. Ia baru saja merasakan
kehangatan sinar mata kenyamanan yang ditebarkan Dat. Pikirannya terpaku pada
satu titik, Dat.
Hari keberangkatan menuju Wajo telah
tiba. Semua mahasiswa dikumpulkan sebelum naik ke mobil masing-masing. Saat
absen selesai Pit merasa kecewa. Ia ternyata berada di mobil berbeda dengan
Dat, namun ia tak mau menyerah begitu saja. Pit memutuskan untuk melanggar
kelompok yang telah dibagi oleh dosen. Ia akhirnya berada di mobil ketiga
bersama Dat dan Prety. Dalam mobil tersebut ternyata Pit terpilih menjadi ketua
rombongan. Ia merasa senang sekali kala itu. Senang luar biasa.
Pit, Dat dan Prety duduk bersama
dalam satu kursi. Dat berada di tengah karena ia dianggap berbadan kurus dan
kecil. Selama perjalanan mereka bertiga memperlihatkan keakraban dengan penuh
antusiasme. Pit & Dat mulai menunjukkan perasaan masing-masing walau hanya
sebatas isyarat cinta dari mata keduanya. Hari itu sangat berarti buat mereka
berdua.
“Dat, kamu sudah punya pacar ya?
Tanya Pit dengan rasa malu yang terlihat jelas.
“Tidak, sampai detik ini aku masih
sendiri.” Jawab Dat singkat.
“Orang secantik kamu belum punya
pacar? Ada yang salah nih. Hehehehe.” Pit tertawa.
“Memangnya orang cantik selamanya
punya pacar ya? Dat bertanya balik.
“Menurutku memang seharusnya seperti
itu. Mungkin saja kamu baru putus dengan pacarmu sehingga memutuskan untuk
sendiri sejenak ataukah kamu takut pacaran lagi karena kegagalan masa lalu
masih menghantui?”
“Iya, kamu benar Pit. Aku sebenarnya
sudah lama putus tapi rasa sakit itu masih terbayang dalam benakku. Aku menjadi
lebih hati-hati sekarang ini untuk memilih seseorang yang akan kujadikan
kekasih.”
Di tengah percakapan Dat menentaskan
air mata. Ia menangis mengingat semua kenangan buruk bersama kekasihnya dahulu.
“Kamu jangan nangis Dat, nanti jidat
kamu tambah lebar. Hehehehe.” Pit mencoba mencairkan suasana.
“Kamu tuh jangan terlalu banyak
ketawa nanti mata kamu tambah sipit sesuai dengan namamu Zepit Grow. Hahahaha.”
Suasana kembali seperti semula. Canda
tawa menghiasi perjalanan mereka. Merasa lelah duduk beberapa jam dalam mobil
membuat mereka tertidur. Butuh delapan jam perjalanan untuk sampai ke tempat
tujuan. Empat mobil telah sampai di tujuan. Semua penumpang dipersilahkan untuk
turun dan bersiap menuju rumah yang akan mereka tempati selama di Wajo.
Hari-hari di Wajo menjadi sangat
indah bagi Dat. Ia merasa begitu sangat nyaman dekat dengan Pit. Ia seperti
seorang wanita yang paling bahagia. Dat menunggu pernyataan cinta dari Pit.
Beberapa kali ia memancing pembicaraan tentang cinta saat mereka sedang berdua,
namun Pit tak kunjung menyatakan cinta kepadanya. Ia menjadi paham bahwa lelaki
butuh waktu untuk mengenal calon kekasihnya. Dengan sabar dan penuh harapan ia
menjalani harinya selama tiga hari di Wajo.
Semua rangkaian ujian telah
dilaksanakan, saatnya mereka untuk kembali ke Makassar. Sama seperti waktu
keberangkatan semua mahasiswa naik mobil yang sama dan tempat duduk yang sama
pula. Pit dan Dat masih dalam suasana cinta. Pit jatuh cinta pada Dat namun ia
masih ragu mengungkapkannya secara langsung dengan alasan menunggu waktu yang
tepat. Keduanya pun menikmati hangatnya kebersamaan walau tak saling memiliki
sebagai kekasih.
Beberapa hari setelah kepulangan
mereka dari Wajo, Pit semakin dekat dengan Dat. Ia bahkan rela memenuhi
undangan pindah rumah Dat di Pangkep. Pit bersama Prety dan beberapa teman yang
lain berada di rumah Dat selama dua hari. Suasana senang terpancar dari wajah-wajah
yang hadir memenuhi undangan tersebut. Pit dan kawan-kawan diperlakukan secara
khusus. Mereka diajak keliling ke beberapa tempat wisata di daerah Pangkep.
Perasaan puas pun terlontar dari mulut mereka.
Di sela kesenangan ternyata Pit
mengalami masalah. Prety memberi tahu kabar bahagia bahwa Dat menunggu Pit
menyatakan cintanya.
“Hei Pit, aku ada kabar bahagia buat
kamu.” Prety memulai pembicaraan empat mata dengan Pit.
“Kabar apa Prety?”
“Begini, kamu sama Dat kan sudah
lama saling kenal. Aku juga tahu bahwa kamu menyukainya, yah itu terlihat dari
caramu memperlakukan Dat. Sinar matamu menunjukkan bahwa kamu itu mencintai
Dat. Nah dia mengatakan kepada saya bahwa dia itu juga mencintaimu.”
“Iya aku memang mencintai Dat, tapi
saat ini aku masih bingung.”
“Bingung kenapa Pit ?”
“Aku belum bisa menjelaskannya
sekarang. Mungkin nanti kalau sudah di Makassar aku ceritakan semuanya ke
kamu.”
“Baiklah Pit, semoga ada jalan untuk
kalian berdua bisa bersama dalam cinta dan kasih sayang. Amin.”
Pit dilanda kebingungan namun ia tak
ingin menampakkannya di depan Dat. Perasaan gelisah sering menghantuinya.
Dilema luar biasa ia rasakan saat mengingat apa yang telah dilakukannya.
Setelah pulang dari rumah Dat ia mulai menceritakan kegelisahannya kepada Prety
seperti yang telah dijanjikannya.
“Prety, sebenarnya aku sudah punya
pacar sekarang.” Pit dengan rasa bersalah mengatakannya kepada Prety.
“Apa? Siapa pacar kamu dan sejak kapan?” Prety merasa heran dengan
pernyataan Pit barusan.
“Begini ceritanya Prety, sejak
pertama aku mengenal Dat aku langsung jatuh cinta dan misi mendapatkannya
membuatku belajar banyak tentang cara mendapatkan wanita idaman. Sebenarnya aku
sudah pengalaman dalam hal ini tapi aku ingin yang lebih sempurna dari
sebelumnya. Akhirnya aku baca sebuah artikel di internet tentang cara
mendapatkan wanita idaman yang mengatakan bahwa jika belum berani menyatakan
cinta maka perlu dicoba ke wanita lain yang bukan sasaran utama. Jadi wanita
lain tersebut harus bisa sebagai tempat latihan yang sudah kupersiapkan untuk
Dat nantinya. Akhirnya aku memilih sasaran untuk tempat latihan. Wanita itu
adalah Iva, teman kita. Melalui petunjuk yang kudapat dari internet membuatku
semangat dalam menjalani latihan tersebut. Akhirnya aku berhasil dan Iva menerimaku.
“Terus masalahnya apa Pit? Iva kan
Cuma tempat latihan. Apa Dat mengetahui hal itu?
“Iya memang Iva cuma tempat latihan
tapi ia benar-benar menyukaiku. Ia siap menjadi kekasihku karena merasa nyaman
dekat denganku. Aku juga memiliki sedikit perasaan cinta kepadanya, tentu lebih
besar cintaku pada Dat. Dat tidak mengetahui hal ini.
“Kamu gila Pit. Begini saja, tolong
kamu putuskan Iva sekarang. Kamu harus memiliki alasan yang bisa ia terima
sehingga kalian bisa putus secara baik-baik. Oke.” Prety mengakhiri kalimatnya
kemudian pergi.
Pit semakin bingung. Ia tak tahu
harus berbuat apa. Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Prety ia
mengakhiri hubungannya dengan Iva. Awalnya ia ragu karena ia juga mencintai Iva
walau tak sebesar cintanya pada Dat. Hubungan Pit dan Iva berakhir secara
baik-baik.
Pit mulai menjalankan misinya
kembali untuk segera merangkai cintanya bersama Dat. Namun semua jauh dari
harapan. Dat telah mengetahui hubungannya dengan Iva melalui Prety. Pit mencoba
meyakinkan Dat bahwa ia telah memutuskan hubungannya dengan Iva namun Dat sudah
terlanjur kecewa.
“Selamat ya Pit atas suksesnya
hubungan kamu dengan Iva.” Nada bicara Dat meninggi.
“Maaf Dat, aku salah besar. Tapi Iva
sudah putus kok denganku.”
“Kamu jangan gitu Pit, Iva orangnya
baik. Kasihan kalau kamu hanya mempermainkannya. Lanjutkanlah hubunganmu
dengannya. Semoga kalian berdua bahagia.”
“Dat, tolong beri aku kesempatan.
Aku mencintaimu.”
“Sudahlah Pit, saat ini aku ingin
sendiri dulu. Tolong jaga Iva baik-baik.”
Dat merasa kecewa dengan apa yang
telah diperbuat Pit kepadanya. Semua harapannya sirna. Sosok Pit telah mengakar
dalam jiwanya. Ia memutuskan untuk menunggu Pit kembali padanya, tentu tanpa
Iva. Ia tahu bahwa Pit sangat mencintai Iva dan rasa cintanya sama terhadap
dirinya. Dat hanya bisa menahan pedih kala menatap Pit bersama dengan Iva.
Dua tahun sudah Pit tak pernah
bertemu dengan Dat. Ia mencoba mencari kembali serpihan cinta yang telah lama
hilang. Ia berniat untuk menebus kesalahan besarnya terhadap Dat. Hubungannya
dengan Iva kandas. Iva ternyata hanya baik padanya selama dua tahun. Setelah
itu Iva selingkuh dan meninggalaknnya begitu saja. Pit sudah terlanjur
mencintai Iva namun ia harus bisa menerima kenyataan pahit.
Pit mencoba menghubungi Dat.
Ternyata Dat masih seperti yang dulu. Ia masih mencintai Pit. Dengan penuh
penyesalan Pit meminta maaf kepadanya. Dat menunggu Pit selama dua tahun.
Penantian panjangnya berujung bahagia dengan kembalinya Pit. Mereka merangkai
cinta dan kasih sayang dengan rasa bahagia. Keduanya menjadi pasangan sempurna
dalam ikatan pernikahan.
Irwandi Fahruddin
Palopo, 11 Mei
2012
No comments:
Post a Comment