Labels

Saturday, September 5, 2015

PIT & DAT

Perkenalan Pit & Dat bermula dari pertemuan biasa dalam sebuah forum perkuliahan di Universitas Negeri Makassar. Semua mahasiswa akan ujian di Kabupaten Wajo. Kala itu keduanya tak sengaja duduk bersama, Pit tepat duduk di samping Dat bersama teman-teman lainnya. Mereka kuliah di kampus yang sama namun belum saling kenal. Sebagai gambaran naluri lelaki Pit memberanikan diri kenalan dengan Dat, mereka pun akrab dalam sekejap. Pit memang tidak sekelas dengan Dat namun mereka sering bersama dalam kelas gabungan.
            Usai mengikuti perkuliahan, keduanya keluar dari kampus bersama dengan teman Dat lainnya yakni Prety. Pit lebih dulu kenal dengan Prety. Mereka bertiga melanjutkan keakraban dengan pergi ke mall untuk belanja. Canda tawa menghiasi kebersamaan mereka. Banyak cerita yang terangkai dari mulut ketiganya. Semuanya indah.
            Pit merasa nyaman dekat dengan Dat, begitupun sebaliknya. Mata keduanya tak mampu saling menatap. Rasa malu hinggap di relung jiwa. Pit & Dat terlibat dalam cinta. Momen kebersamaan di mall hari itu menjadi yang paling indah dalam hidup Pit. Ia baru saja merasakan kehangatan sinar mata kenyamanan yang ditebarkan Dat. Pikirannya terpaku pada satu titik, Dat.
            Hari keberangkatan menuju Wajo telah tiba. Semua mahasiswa dikumpulkan sebelum naik ke mobil masing-masing. Saat absen selesai Pit merasa kecewa. Ia ternyata berada di mobil berbeda dengan Dat, namun ia tak mau menyerah begitu saja. Pit memutuskan untuk melanggar kelompok yang telah dibagi oleh dosen. Ia akhirnya berada di mobil ketiga bersama Dat dan Prety. Dalam mobil tersebut ternyata Pit terpilih menjadi ketua rombongan. Ia merasa senang sekali kala itu. Senang luar biasa.
            Pit, Dat dan Prety duduk bersama dalam satu kursi. Dat berada di tengah karena ia dianggap berbadan kurus dan kecil. Selama perjalanan mereka bertiga memperlihatkan keakraban dengan penuh antusiasme. Pit & Dat mulai menunjukkan perasaan masing-masing walau hanya sebatas isyarat cinta dari mata keduanya. Hari itu sangat berarti buat mereka berdua.
            “Dat, kamu sudah punya pacar ya? Tanya Pit dengan rasa malu yang terlihat jelas.
            “Tidak, sampai detik ini aku masih sendiri.” Jawab Dat singkat.
            “Orang secantik kamu belum punya pacar? Ada yang salah nih. Hehehehe.” Pit tertawa.
            “Memangnya orang cantik selamanya punya pacar ya? Dat bertanya balik.
            “Menurutku memang seharusnya seperti itu. Mungkin saja kamu baru putus dengan pacarmu sehingga memutuskan untuk sendiri sejenak ataukah kamu takut pacaran lagi karena kegagalan masa lalu masih menghantui?”
            “Iya, kamu benar Pit. Aku sebenarnya sudah lama putus tapi rasa sakit itu masih terbayang dalam benakku. Aku menjadi lebih hati-hati sekarang ini untuk memilih seseorang yang akan kujadikan kekasih.”
            Di tengah percakapan Dat menentaskan air mata. Ia menangis mengingat semua kenangan buruk bersama kekasihnya dahulu.
            “Kamu jangan nangis Dat, nanti jidat kamu tambah lebar. Hehehehe.” Pit mencoba mencairkan suasana.
            “Kamu tuh jangan terlalu banyak ketawa nanti mata kamu tambah sipit sesuai dengan namamu Zepit Grow. Hahahaha.”
            Suasana kembali seperti semula. Canda tawa menghiasi perjalanan mereka. Merasa lelah duduk beberapa jam dalam mobil membuat mereka tertidur. Butuh delapan jam perjalanan untuk sampai ke tempat tujuan. Empat mobil telah sampai di tujuan. Semua penumpang dipersilahkan untuk turun dan bersiap menuju rumah yang akan mereka tempati selama di Wajo.
            Hari-hari di Wajo menjadi sangat indah bagi Dat. Ia merasa begitu sangat nyaman dekat dengan Pit. Ia seperti seorang wanita yang paling bahagia. Dat menunggu pernyataan cinta dari Pit. Beberapa kali ia memancing pembicaraan tentang cinta saat mereka sedang berdua, namun Pit tak kunjung menyatakan cinta kepadanya. Ia menjadi paham bahwa lelaki butuh waktu untuk mengenal calon kekasihnya. Dengan sabar dan penuh harapan ia menjalani harinya selama tiga hari di Wajo.
            Semua rangkaian ujian telah dilaksanakan, saatnya mereka untuk kembali ke Makassar. Sama seperti waktu keberangkatan semua mahasiswa naik mobil yang sama dan tempat duduk yang sama pula. Pit dan Dat masih dalam suasana cinta. Pit jatuh cinta pada Dat namun ia masih ragu mengungkapkannya secara langsung dengan alasan menunggu waktu yang tepat. Keduanya pun menikmati hangatnya kebersamaan walau tak saling memiliki sebagai kekasih.
            Beberapa hari setelah kepulangan mereka dari Wajo, Pit semakin dekat dengan Dat. Ia bahkan rela memenuhi undangan pindah rumah Dat di Pangkep. Pit bersama Prety dan beberapa teman yang lain berada di rumah Dat selama dua hari. Suasana senang terpancar dari wajah-wajah yang hadir memenuhi undangan tersebut. Pit dan kawan-kawan diperlakukan secara khusus. Mereka diajak keliling ke beberapa tempat wisata di daerah Pangkep. Perasaan puas pun terlontar dari mulut mereka.
            Di sela kesenangan ternyata Pit mengalami masalah. Prety memberi tahu kabar bahagia bahwa Dat menunggu Pit menyatakan cintanya.
            “Hei Pit, aku ada kabar bahagia buat kamu.” Prety memulai pembicaraan empat mata dengan Pit.
            “Kabar apa Prety?”
            “Begini, kamu sama Dat kan sudah lama saling kenal. Aku juga tahu bahwa kamu menyukainya, yah itu terlihat dari caramu memperlakukan Dat. Sinar matamu menunjukkan bahwa kamu itu mencintai Dat. Nah dia mengatakan kepada saya bahwa dia itu juga mencintaimu.”
            “Iya aku memang mencintai Dat, tapi saat ini aku masih bingung.”
            “Bingung kenapa Pit ?”
            “Aku belum bisa menjelaskannya sekarang. Mungkin nanti kalau sudah di Makassar aku ceritakan semuanya ke kamu.”
            “Baiklah Pit, semoga ada jalan untuk kalian berdua bisa bersama dalam cinta dan kasih sayang. Amin.”
            Pit dilanda kebingungan namun ia tak ingin menampakkannya di depan Dat. Perasaan gelisah sering menghantuinya. Dilema luar biasa ia rasakan saat mengingat apa yang telah dilakukannya. Setelah pulang dari rumah Dat ia mulai menceritakan kegelisahannya kepada Prety seperti yang telah dijanjikannya.
            “Prety, sebenarnya aku sudah punya pacar sekarang.” Pit dengan rasa bersalah mengatakannya kepada Prety.
            “Apa? Siapa pacar kamu  dan sejak kapan?” Prety merasa heran dengan pernyataan Pit barusan.
            “Begini ceritanya Prety, sejak pertama aku mengenal Dat aku langsung jatuh cinta dan misi mendapatkannya membuatku belajar banyak tentang cara mendapatkan wanita idaman. Sebenarnya aku sudah pengalaman dalam hal ini tapi aku ingin yang lebih sempurna dari sebelumnya. Akhirnya aku baca sebuah artikel di internet tentang cara mendapatkan wanita idaman yang mengatakan bahwa jika belum berani menyatakan cinta maka perlu dicoba ke wanita lain yang bukan sasaran utama. Jadi wanita lain tersebut harus bisa sebagai tempat latihan yang sudah kupersiapkan untuk Dat nantinya. Akhirnya aku memilih sasaran untuk tempat latihan. Wanita itu adalah Iva, teman kita. Melalui petunjuk yang kudapat dari internet membuatku semangat dalam menjalani latihan tersebut. Akhirnya aku berhasil dan Iva menerimaku.
            “Terus masalahnya apa Pit? Iva kan Cuma tempat latihan. Apa Dat mengetahui hal itu?
            “Iya memang Iva cuma tempat latihan tapi ia benar-benar menyukaiku. Ia siap menjadi kekasihku karena merasa nyaman dekat denganku. Aku juga memiliki sedikit perasaan cinta kepadanya, tentu lebih besar cintaku pada Dat. Dat tidak mengetahui hal ini.
            “Kamu gila Pit. Begini saja, tolong kamu putuskan Iva sekarang. Kamu harus memiliki alasan yang bisa ia terima sehingga kalian bisa putus secara baik-baik. Oke.” Prety mengakhiri kalimatnya kemudian pergi.
            Pit semakin bingung. Ia tak tahu harus berbuat apa. Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Prety ia mengakhiri hubungannya dengan Iva. Awalnya ia ragu karena ia juga mencintai Iva walau tak sebesar cintanya pada Dat. Hubungan Pit dan Iva berakhir secara baik-baik.
            Pit mulai menjalankan misinya kembali untuk segera merangkai cintanya bersama Dat. Namun semua jauh dari harapan. Dat telah mengetahui hubungannya dengan Iva melalui Prety. Pit mencoba meyakinkan Dat bahwa ia telah memutuskan hubungannya dengan Iva namun Dat sudah terlanjur kecewa.
            “Selamat ya Pit atas suksesnya hubungan kamu dengan Iva.” Nada bicara Dat meninggi.
            “Maaf Dat, aku salah besar. Tapi Iva sudah putus kok denganku.”
            “Kamu jangan gitu Pit, Iva orangnya baik. Kasihan kalau kamu hanya mempermainkannya. Lanjutkanlah hubunganmu dengannya. Semoga kalian berdua bahagia.”
            “Dat, tolong beri aku kesempatan. Aku mencintaimu.”
            “Sudahlah Pit, saat ini aku ingin sendiri dulu. Tolong jaga Iva baik-baik.”
            Dat merasa kecewa dengan apa yang telah diperbuat Pit kepadanya. Semua harapannya sirna. Sosok Pit telah mengakar dalam jiwanya. Ia memutuskan untuk menunggu Pit kembali padanya, tentu tanpa Iva. Ia tahu bahwa Pit sangat mencintai Iva dan rasa cintanya sama terhadap dirinya. Dat hanya bisa menahan pedih kala menatap Pit bersama dengan Iva.
            Dua tahun sudah Pit tak pernah bertemu dengan Dat. Ia mencoba mencari kembali serpihan cinta yang telah lama hilang. Ia berniat untuk menebus kesalahan besarnya terhadap Dat. Hubungannya dengan Iva kandas. Iva ternyata hanya baik padanya selama dua tahun. Setelah itu Iva selingkuh dan meninggalaknnya begitu saja. Pit sudah terlanjur mencintai Iva namun ia harus bisa menerima kenyataan pahit.
            Pit mencoba menghubungi Dat. Ternyata Dat masih seperti yang dulu. Ia masih mencintai Pit. Dengan penuh penyesalan Pit meminta maaf kepadanya. Dat menunggu Pit selama dua tahun. Penantian panjangnya berujung bahagia dengan kembalinya Pit. Mereka merangkai cinta dan kasih sayang dengan rasa bahagia. Keduanya menjadi pasangan sempurna dalam ikatan pernikahan.

Irwandi Fahruddin
Palopo, 11 Mei 2012  

No comments:

Post a Comment